Minyak WTI turun menjauhi level US$ 50



JAKARTA. Penurunan harga minyak masih terus berlangsung memasuki hari keenam. Harganya pun kian menjauh dari level US$ 50 per barel.

Mengutip Bloomberg, Kamis (16/6) pukul 12.35 WIB harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Juli 2016 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,92% ke level US$ 47,57 per barel dibanding hari sebelumnya.

Penurunan yang terjadi pada harga minyak ini merupakan yang terpanjang sejak Februari 2016 lalu. Hal ini terjadi setelah kekhawatiran pasokan global akan menutupi keringnya produksi AS. Ini akan mengangakibatkan pasar global tetap dibanjiri pasokan yang tinggi.


Kekhawatiran pertama datang dari prediksi produksi Kanada yang akan kembali pulih bulan ini setelah terjadinya kebakaran di kilang minyak Kanada beberapa waktu lalu. Sementara demonstran radikal di Nigeria sudah setuju untuk melakukan pembicaraan dan perdamaian dengan pemerintah.

“Kalau dipikir lagi memang kita masih memiliki kelebihan pasokan di pasar, tidak serta merta pasokan tersebut bisa terhapus begitu juga. Pasar kini sedang khawatir, sedikit saja sentimen pendorong pasokan tumbuh maka banjir cadangan global akan kembali menguak dan tentunya menekan harga,” jelas David Lennox, Analyst Fat Prophets di Sydney, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/6).

Meski data Energy Information Administration (EIA) mencatatkan stok AS mingguan kembali turun menjadi 531,5 juta bare, namun level tersebut tetap lebih tinggi 33% di atas rata-rata lima tahunan pasokan AS.

Memang penurunan stok di AS pekan lalu yang sebesar 933.000 barel merupakan jauh lebih kecil dari apa yang diprediksi Bloomberg sebelumnya yakni sekitar 2,33 juta barel. Selain itu, cadangan minyak di Cushing, Oklahoma, pelabuhan pengiriman minyak WTI terbesar di AS naik menjadi 66,5 juta barel. Jejeran katalis ini terus menyerang harga minyak sehingga kian tergerus hari ke hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie