Mirae Asset ramal IHSG terus bergerak positif hingga akhir tahun, ini sentimennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah dalam fase pemulihan dan masih akan bergerak positif hingga akhir tahun. Bahkan, untuk tahun depan, Mirae memprediksi ada potensi upside 15% dibanding tahun 2020.

Hal ini sejalan dengan keyakinan investor bahwa  ekonomi Indonesia bakal pulih. Buktinya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 tercatat minus 3,49% year on year (yoy), lebih naik dari kuartal II-2020 yang minus 5,32% yoy. Sementara untuk kuartal IV-2020, konsensus ekonom di Bloomberg memprediksi, ekonomi Indonesia akan tumbuh antara 0%-1%.

Terlebih lagi, pemerintah agresif untuk menyediakan vaksin Covid-19 pada tahun depan. Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menilai, ketersediaan dan distribusi vaksin ke masyarakat Indonesia menjadi salah satu kunci agar ekonomi bisa pulih.


Baca Juga: IHSG naik 0,04% ke 5.461 pada akhir perdagangan Jumat (13/11), asing catat net sell

Faktor lain yang mendorong pemulihan IHSG adalah hasil sementara pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang memenangkan Joe Biden. "Kemenangan Biden diharapkan pelaku pasar karena dinilai dapat memberikan kepastian pada pasar modal seiring dengan kebijakannya yang lebih dapat diprediksi, terutama terkait hubungan dagang dengan China," kata Hariyanto dalam acara media gathering virtual, Jumat (13/11).

Hal tersebut terlihat dari dana asing yang kembali masuk ke IHSG dan emerging market lainnya sejak 4 November 2020, sehari setelah perhitungan suara pilpres AS. Padahal, sejak awal tahun hingga Oktober 2020, investor asing senantiasa mencatatkan net sell.

Meskipun begitu, arus masuk dana asing ini masih dalam bentuk passive manage fund atau exchange traded fund (ETF), belum dalam bentuk active manage oleh investor retail. "Ini terlihat dengan masih banyaknya big caps yang dibeli, terutama saham-saham bank," ucap Hariyanto.

Baca Juga: IHSG turun lagi hingga Jumat siang, reli net buy asing tujuh hari terhenti

Beberapa faktor lain turut memicu positifnya reaksi pelaku pasar akibat perkembangan ekonomi terkini. Sebut saja komoditas nikel dan minyak sawit mentah (CPO) yang diprediksi akan naik karena didukung beberapa faktor.

Pertama, untuk nikel, program one belt one road (OBOR) China yang masih berjalan dinilai akan mendorong permintaan nikel. Kedua, pengembangan kendaraan listrik juga dapat mengangkat minat pada nikel secara stabil. Ketiga, terpilihnya Joe Biden sebagai presiden AS yang mengedepankan energi ramah lingkungan diprediksi akan semakin menentukan tren penguatan permintaan sekaligus harga nikel ke depannya.

Sementara itu, harga CPO diprediksi naik karena dua faktor. Faktor pertama adalah La Nina yang sudah mulai terjadi dan diprediksi akan berlangsung setidaknya sampai dengan Januari 2021 sehingga memicu curah hujan yang tinggi.

Baca Juga: Ini sederet faktor yang akan memuluskan aksi ekspansi Grand House Mulia (HOMI)

"Curah hujan tinggi diprediksi akan menyulitkan pembuahan dan musim panen sawit, sehingga dapat mendorong terjadinya turunnya suplai dan mendongkrak harganya di pasaran," tutur Hariyanto. Oleh karena itu, ia memprediksi, rally harga CPO berpeluang terjadi hingga kuartal I-2021.

Faktor kedua adalah potensi melemahnya nilai dolar AS yang diprediksi akan menguntungkan komoditas ekspor seperti CPO. Pelemahan dolar AS ini dipicu oleh melebarnya defisit fiskal Negeri Paman Sam (siapapun presiden barunya) dan tetap dipertahankannya suku bunga acuan pada level rendah seperti sekarang.

Meskipun banyak sentimen positif, masih tetap ada risiko di depan mata seiring dengan konsumsi yang diprediksi masih lemah tahun depan. Menurut Hariyanto, penurunan daya beli masyarakat disebabkan oleh tidak dinaikkannya Upah Minimum Regional (UMR), mengingat Covid-19 masih melanda mayoritas provinsi di Indonesia terutama di sisi pengusaha.

Selanjutnya: IHSG Ditutup Menguat Tipis, Asing Lepas Saham TLKM, Borong Saham BTPS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi