Mirae Asset Sekuritas Pertahankan Rekomendasi Overweight Sektor Perbankan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pertumbuhan kredit perbankan yang melemah pada semester 1 2023, para analis masih mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor ini. Bank Indonesia (BI) mencatat, total kredit perbankan Januari-Juni 2023 hanya naik 7,8% year on year (YoY) menjadi Rp 6.636 triliun, dari kenaikan 9,4% YoY per Mei 2023.

Sejalan dengan itu, tingkat pertumbuhan deposito tetap lamban dengan kenaikan 5,8% YoY pada Juni 2023 menjadi Rp 7.799 triliun, dari Mei 2023 yang tumbuh 6,6% YoY. Pertumbuhan deposito melambat, sementara pertumbuhan rekening tabungan stabil.

Dalam riset tanggal 10 Agustus 2023, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo dan Abyan Habib Yuntoharjo mengatakan, ada empat faktor penyebab melambatnya pertumbuhan kredit perbankan pada paruh pertama 2023. Pertama, basis tinggi pada Juni 2022 ketika pertumbuhan kredit meningkat sebesar 10,4% YoY.


Kedua, normalisasi harga komoditas menyebabkan pertumbuhan pinjaman yang moderat di sektor pertambangan. Jumlah kredit dari sektor ini hanya naik 16% YoY pada Juni 2023, dibanding bulan Juni 2022 yang melesat hingga 54,7% YoY.

Baca Juga: Sentimen Perlambatan Ekonomi Global Membuat Saham Berbasis ESG Semakin Marak di BEI

Faktor ketiga melemahnya kredit perbankan berasal dari perlambatan ekonomi global pada tahun ini. Keempat, dampak Covid-19 yang berkepanjangan dan tingginya inflasi yang menghambat daya beli.

Dari empat bank besar yang berada dalam coverage Mirae Asset Sekuritas, hanya BBCA, BMRI, dan BBNI yang sudah merilis laporan keuangan semester 1 2023, sedangkan BBRI kemungkinan akan mengumumkannya pada 18 Agustus mendatang. Dari laporan yang ada, kinerja BBCA dan BMRI per Juni 2023 di atas estimasi konsensus, sementara BBNI sejalan dengan proyeksi.

Kedua analis tersebut mengatakan, sejak awal tahun, BBCA dan BMRI memang diprediksi akan diuntungkan oleh kenaikan suku bunga karena pinjaman perusahaan dan secondary reserve yang cukup besar. Apalagi, dengan struktur deposito terbaik di kelasnya, BBCA berhasil menjaga cost of fund (CoF) tetap rendah.

Kemudian, pertumbuhan biaya provisi beragam. BBCA dan BBNI memangkasnya secara signifikan, sedangkan BMRI terus menambahkannya. Namun, cost of credit (CoC) bank-bank tersebut masih sejalan ataupun di bawah guidance perusahaan untuk tahun 2023.

Untuk semester 2 2023, Mirae Asset Sekuritas memprediksi, pertumbuhan laba bersih perbankan akan meningkat. Pasalnya, pencadangan bank diperkirakan akan lebih rendah pada semester kedua 2023 dibandingkan dengan paruh pertama.

Hal ini terjadi berkat pemulihan kualitas aset yang berlanjut serta rekor Non Performing Loan (NPL)/ Loan at Risk (LAR) bank yang tinggi. "Akibatnya, pertumbuhan laba bersih bank masih dapat meningkat di semester 2 2023," tutur Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo dan Abyan Habib Yuntoharjo dalam risetnya.

Di sisi lain, Mirae Asset Sekuritas skeptis terhadap target pertumbuhan kredit BI 2023 akan tercapai. BI baru saja merevisi target pertumbuhan kredit perbankan 2023 menjadi sebesar 9%-11%, dari sebelumnya 10%-12%.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Lanjut Melemah pada Senin (14/8), Ini Sentimen yang Menyeretnya

Untuk mencapai pertumbuhan 9% yoy, perbankan harus membukukan penambahan pinjaman bersih yang sangat besar, yakni sekitar Rp 345 triliun di semester 2 2023 yang dinilai hampir mustahil untuk dicapai.

Kemudian, terkait berita terbaru yang beredar bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengatur pembayaran dividen bank, Mirae Asset Sekuritas menilai bahwa regulasi yang berlebihan dapat menjadi katalis negatif karena investor akan menilai kembali valuasi bank menjadi lebih rendah karena profil risk/reward yang kurang menarik. 

"Peraturan tersebut juga dapat berdampak negatif terhadap target dividen pemerintah dari BUMN pada tahun 2024 dan seterusnya karena bank-bank BUMN berkontribusi signifikan terhadap pendapatan dividen pemerintah," tutur kedua analis tersebut.

Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan overweight untuk sektor perbankan dengan pilihan saham teratas jatuh pada BBCA dan BMRI. Rekomendasi untuk BBCA adalah hold dengan target harga Rp 10.100, BMRI hold dengan target harga Rp 6.300, BBRI hold dengan target harga Rp 6.000, dan BBNI trading buy dengan target harga Rp 10.950 per saham.

Risiko investor di sektor ini berasal dari ketidakpastian ekonomi domestik dan global, kualitas aset yang memburuk, melambatnya pertumbuhan kredit, dan volatilitas mata uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .