KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) di 2024 berpotensi tertahan. Hari kerja yang lebih sedikit menjadi salah satu faktornya. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andreas Kristo Saragih memaparkan, manajemen mengantisipasi pertumbuhan volume penjualan industri yang lebih rendah. Sebab, hari kerja yang lebih sedikit, yang disebabkan oleh tahun pemilu. Adapun pertumbuhan volume semen akan didorong oleh semen curah karena pembangunan di ibu kota baru. Selain itu dari pembangunan smelter di Sulawesi, pengembangan Kawasan Industri baru di Kalimantan Utara serta di Kendal, Jawa Tengah, dan proyek-proyek infrastruktur di Jabodetabek dan Jawa Barat, seperti pelabuhan Patimban, jalan tol, MRT dan LRT.
Terkait harga jual rata-rata (
average selling price/ASP) campuran, Andreas memperkirakan akan tetap datar pada semester I karena faktor musiman. Hari kerja yang lebih sedikit karena adanya Ramadan dan Libur Idul Fitri, serta lemahnya anggaran belanja infrastruktur menjadi alasan utama lemahnya konsumsi semen di semester I 2024.
Baca Juga: Kinerja Grup Barito Menyusut Meski Jadi Penggerak Bursa, Simak Rekomendasi Sahamnya "Kenaikan ASP domestik diperkirakan akan terjadi pada semester II, sejalan dengan tingkat inflasi, bergantung pada permintaan yang solid. Sementara itu, ASP ekspor diperkirakan akan tetap datar di 2024," tulisnya dalam riset Selasa (2/4). Andreas memproyeksikan pendapatan INTP mencapai Rp 19,63 triliun. Sementara laba bersih diproyeksikan cenderung stagnan di Rp 1,95 triliun. Dijelaskan, meskipun telah memperluas jejak bisnisnya melalui akuisisi Semen Grobogan dan perjanjian sewa dengan Semen Bosowa, marjin EBITDA INTP hanya akan ada sedikit peningkatan karena berkurangnya hari kerja pada tahun pemilu. Sementara itu, tahun ini INTP mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 1,5 triliun. Sekitar Rp 500 miliar akan digunakan untuk bahan bakar alternatif di fasilitas Grobogan dan Maros, dan sisanya untuk pemeliharaan rutin. Belanja modal tersebut turun dari tahun lalu sebesar Rp 2,5 triliun, termasuk Rp 1,5 triliun untuk akuisisi Semen Grobogan. Terkait pinjaman bank jangka pendek yang diambil untuk membiayai akuisisi Grobogan, Andreas menyebut bahwa manajemen sedang menjajaki opsi pembiayaan kembali dengan suku bunga yang lebih rendah, untuk mengantisipasi penurunan suku bunga pada semester II. Adapun pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada bulan Desember 2024 dengan tingkat kupon 7,4% per tahun.
Baca Juga: TAPG Bagikan Dividen Rp 1,8 Triliun dari Tahun Buku 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya Mirae Asset juga berpandangan dividen yang lebih rendah untuk laba bersih 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebab, kas telah digunakan untuk pembelian kembali saham senilai Rp 2,7 triliun dan akuisisi Semen Grobogan. "Alokasi kas untuk pembayaran utang di 2024 atau 2025 juga menjadi prioritas. Manajemen memproyeksikan beberapa tahun sebelum merealisasikan sinergi kas dari Semen Grobogan untuk mengembalikan rasio pembayaran dividen ke tingkat yang lebih tinggi," paparnya. Ia pun memangkas turun target Harga INTP menjadi Rp 11.725 dari sebelumnya Rp 12.825.
"Namun kami mempertahankan
rating buy karena potensi kenaikan yang menarik," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi