KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesta demokrasi 2019 tak meyakinkan Mirae Asset Sekuritas Indonesia bahwa ada berkah besar bagi sektor konsumer dalam waktu dekat. Malah, Mirae memangkas rekomendasi atas sektor konsumer menjadi netral dari sebelumnya
overweight. Mengutip
Bloomberg, Indeks Konsumer sejak awal tahun sampai hari ini atau
year to date (ytd), Rabu (31/10) sudah terkoreksi 15,64%. Penurunannya lebih besar ketimbang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 8,78%. Hariyanto Wijaya, Kepala Riset Mirae Sekuritas Indonesia mengatakan, ada beberapa penyebab sektor konsumer tak menarik saat ini.
Pertama, kondisi makroekonomi Indonesia yang tak bergairah. Ini terjadi meskipun, beberapa indikator lain sudah menunjukkan sinyal positif, seperti ketika suku bunga turun untuk mendorong roda perekonomian, atau ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah naik yang menunjukkan pasar finansial di atas kertas tengah bersemangat. “Indeks konsumer saat ini di fase kurang menarik dan sepertinya sulit berbalik menguat,” kata Hariyanto, Selasa (30/10).
Kedua, pemilu tak lagi mendorong belanja jor-joran seperti yang diperkirakan. Melihat dua kali pemilu terakhir, Mirae mencatat, ada penurunan uang beredar jelang pesta demokrasi sejak pemilu tahun 2009. Begitu pula dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang turun jelang pemilu, serta pelambatan kinerja penjualan retail. Subsidi yang diberikan pemerintah atas kompensasi kenaikan harga minyak, menurut Hariyanto, juga tidak bersifat politis, tapi ditujukan untuk mengkompensasi kekurangan di masyarakat kelas bawah. “Subsidi pemerintah berupa
good faith, sehingga tidak terlalu berpengaruh menaikkan daya beli para penerima subsidi,” kata Hariyanto.
Ketiga, ada pergeseran perilaku belanja menjadi
smart-spending di masyarakat kekinian. Meski alokasi uang belanja sama, masyarakat sekarang lebih mencari harga murah ketika belanja barang konsumsi, agar bisa dialokasikan untuk yang lain, seperti berwisata. Tren e-commerce juga menolong masyarakat untuk belanja dengan harga termurah. Semua kondisi ini akan membatasi pertumbuhan penjualan perusahaan konsumer di masa mendatang. Bukan sekadar tak mendapat suntikan tenaga dari dalam negeri, Indeks Konsumer juga dilanda aksi jual oleh investor asing. Aksi jual ini bukan karena kinerja keuangan emiten buruk, tetapi investor asing tengah melakukan
rebalancing portofolio, mencari aset yang lebih aman dan menguntungkan di tengah kondisi ketidakpastian pasar. Beberapa saham konsumer menjadi “korban” aksi jual investor asing karena berada dalam list MSCI. Misalnya HMSP, UNVR, GGRM, ASII, KLBF, dan INDF. Dalam kondisi ini, Mirae memilih saham konsumer yang defensif serta emiten dengan potensi kenaikan kinerja. Untuk saham defensif pilihan Mirae antara lain, HMSP, UNVR, ICBP, KLBF, CPIN, dan LPPF
Sedangkan saham yang memiliki potensi kenaikan antara lain di sektor peternakan yang didorong kenaikan harga
day of chicken seperti CPIN, JPFA, dan MAIN. Juga saham ASII, MAPI, dan RALS. “Saham MAPI dan RALS menjadi menarik karena mereka melakukan efisiensi, menutup toko yang kurang menguntungkan,” kata Analis Mirae, Christine Natasya. Mirae juga merekomendasikan saham konsumer yang akan menguat jelang memanasnya kembali ekonomi Indonesia. Hariyanto memperkirakan, inflasi mulai panas lagi pada semester II-2019, setelah pemilu dan kenaikan BBM. Dalam kondisi tersebut, umumnya masyarakat kembali mengumpulkan barang konsumsi sebelum harga-harga naik, sehingga memacu kinerja perusahaan konsumer. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia