WASHINGTON. Meski dunia internasional mengecam aksi uji coba rudal balistik yang dilakukan Korea Utara (Korut), namun negara terisolir ini seakan tak peduli. Pada Rabu (5/4), Korut kembali menembakkan rudal dari pantai timurnya ke arah laut Peninsula. Aksi ini dilakukan menjelang pertemuan antara pimpinan negara
Amerika Serikat dan China yang dijadwalkan akan membahas mengenai program senjata Pyongyang. Sekadar informasi, pertemuan antara Presiden AS
Donald Trump dengan Presiden China
Xi Jinping akan berlangsung pada pekan ini di Florida. Menurut pejabat senior Gedung Putih pada Selasa (4/4), salah satu isu utama yang akan dibahas adalah bagaimana mengendalikan Korut. Dia juga mengatakan, pembahasan isu ini juga merupakan ujian atas hubungan AS-China.
Dia juga menjelaskan, presiden melihat Trump melihat pertemuan ini sebagai langkah awal dalam hubungan yang berorientasi hasil dan dia menginginkan hubungan ekonomi yang adil, seimbang, dan berdasarkan timbal balik. Trump menegaskan, pihaknya bersiap untuk menghadang ancaman nuklir Korut, dengan atau tanpa bantuan China. Namun, dia tetap membutuhkan bantuan Beijing jika ingin mematahkan aliran pendapatan yang terus menyokong rezim Kim Jong Un. Mengapa? Sebab China merupakan bantuan ekonomi terbesar Korut, dengan menyumbang lebih dari 80% perdagangan dengan Korut. AS dan aliansinya sudah mencoba selama bertahun-tahun untuk menyumbat suplai uang pemerintah Korut dan memutuskan hubungan negara tersebut dengan sistem perbankan global. Pokoknya semua hal yang bisa membuat Pyongyang tak berkutik dalam menghadapi sanksi internasional. "Kami sudah menuliskan sejumlah sanksi terhadap rezim Korut hingga ke titik di mana hal itu sudah menjadi bakteri yang tahan terhadap antibiotik," jelas John Park, director of the Korea Working Group Harvard Kennedy School. Dia mengatakan, AS harus membujuk China untuk menghentikan perdagangannya dengan Korut. Pihak lain menginginkan Washington untuk bereaksi keras terhadap perusahaan-perusahaan China yang diyakini membantu Pyongyang dalam berbisnis. Pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk kali pertama pada pekan ini akan mengangkat isu utama mengenai Korut. Lalu, banyak pihak yang bertanya-tanya dari mana sumber dana yang dimuliki Korut. Apalagi perekonomian mereka terisolir dari sistem perbankan global. Berdasarkan sejumlah riset, inilah sumber pendanaan Korut untuk militer mereka: Batubara Sumber utama cadangan mata uang asing Korut diyakini berasal dari jutaan ton batubara yang dijual ke China setiap tahun. Komoditas ini menyumbang sepertiga dari total ekspor Korut di 2015. Namun, pendapatan dari batubara sepertinya akan tersendat setelah China mengatakan pada Februari lalu bahwa pihaknya akan menunda seluruh pengiriman batubara dari Korut hingga akhir tahun ini. Namun para ahli menilai klaim Beijing untuk menghentikan perdagangan seiring hanya gertakan saja. China tidak mau menghancurkan perekonomian tetangganya, yang dipandang sebagai penyangga antara China dan Korea Selatan yang notabene merupakan aliansi utama AS. "Adanya pelarangan impor batubara tidak akan menghancurkan rezim Korut," jelas Stephan Haggard, visiting fellow Peterson Institute for International Economics. Selain batubara, Korut juga mengekspor komoditas lain dan barang-barang pokok seperti makanan laut, bijih besi, dan pakaian ke China. Cadangan devisa yang sehat Meskipun kita berasumsi China memperketat perdagangannya, Korut sudah memikirkan bagaimana melindungi diri saat musim hujan tiba. Yakni menyimpan pendapatannya yang berasal dari penjualan batubara ke China, khususnya saat harga batubara melonjak tinggi. Park dari Harvard mempercayai, Pyongyang memiliki tabungan yang sangat besar di China di mana dengan uang tersebut mereka dapat membeli apapun yang mereka inginkan untuk program senjata nuklir mereka. Dengan menyimpan dananya di China, Korut dapat dengan mudah menyelamatkan diri dari sanksi internasional. Sejumlah investigasi yang dilakukan PBB dan AS juga menemukan bukti yang menunjukkan Korut menggunakan jaringan perusahaan-perusahaan besar China untuk mendapatkan akses ke bank-bank global. Serangan Cyber Sejak awal tahun lalu, potensi pendapatan lain Korut adalah: meretas perbankan. Berdasarkan laporan perusahaan keamanan siber Rusia Kaspersky, Korut saat ini terindikasi memiliki kaitan dengan sejumlah serangan terhadap institusi finansial di 18 negara. "Anda melihat situasi di mana Korut benar-benar canggih. Ini merupakan sumber pendapatan yang sangat besar," jelas Park.
Menjual tenaga kerja Korut memiliki sejumlah elit yang sangat kaya di ibukota. Namun mayoritas warganya sangat miskin. Korut juga merupakan negara dengan perekonomian paling tertutup di dunia. Namun, rezimnya masih berhasil mencari cara untuk mendapatkan uang dari masyarakatnya. Berdasarkan laporan dari PBB, salah satunya dengan mengirimkan ribuan pekerja Korut ke luar negeri seperti China, Rusia, dan Timur Tengah. Para pekerja itu diyakini bekerja di sejumlah industri seperti pertambangan, kayu, tekstil, dan konstruksi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie