KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitra International Resources Tbk masih mengejar peningkatan kinerja pada tahun ini. Emiten berkode saham
MIRA tersebut menargetkan, pendapatan perusahaan pada tahun ini bisa tumbuh sekitar 10% dari realisasi kinerja tahun lalu. Sebagai pembanding, MIRA mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 86,95 miliar dengan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias rugi bersih sebesar Rp 18,03 miliar. Dus hitungan Kontan.co.id, pendapatan MIRA bisa naik menjadi kurang lebih Rp 95,65 miliar semisal target berhasil dicapai. Sekretaris Perusahaan MIRA, Arda Billy mengatakan, prospek bisnis angkutan darat di tahun 2021 masih menantang, hanya saja sudah sedikit lebih baik dibanding kondisi pada tahun lalu.
Baca Juga: Terdampak pandemi, pendapatan Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) turun 31% di 2020 Adapun target pertumbuhan pendapatan sebesar 10% dilihat sebagai target yang masih realistis untuk dikejar pada tahun ini. “Kita realistis sajalah, (pertumbuhan) 10% pada top line sudah bagus kok,” ujar Billy kepada Kontan.co.id, Kamis (6/5). Segmen usaha jasa angkutan merupakan penyumbang terbesar dalam pendapatan MIRA. Pada tahun lalu, porsi kontribusinya mencapai 95,03% dari total pendapatan bersih MIRA di sepanjang tahun 2020. Adapun pendapatan sisanya berasal dari bisnis jasa logistik & pergudangan serta jasa karoseri. Hampir 80% bisnis jasa angkutan MIRA menyasar produsen semen. Asal tahu, MIRA memiliki kontrak kerja sama jangka panjang dengan produsen semen terkemuka yakni Semen Tiga Roda, Semen Dynamix, Semen Bima, dan Semen Garuda. Pada awal pandemi Covid-19 tahun lalu, permintaan jasa angkutan dari industri semen dan pelanggan lainnya mengalami penurunan. Walhasil, dari sebanyak 382 armada truk yang dimiliki, utilisasi armada MIRA menyusut hingga kisaran 50%. Billy bilang, utilisasi armada truk MIRA pada saat ini sudah mulai meningkat ke angka 60an% seiring dengan kondisi yang membaik. Namun terlepas dari perbaikan kondisi yang ada, MIRA masih belum ingin melakukan ekspansi pasar ataupun melakukan diversifikasi menjajal segmen-segmen pasar baru.
Baca Juga: Panca Budi Idaman (PBID) targetkan penjualan naik di atas 10% pada tahun ini Sebaliknya, MIRA masih ingin berfokus pada segmen pasar yang tengah digarap pada saat ini. Hal tersebut dibarengi dengan strategi
cost reduction untuk menjaga efisiensi kinerja.
“Kita industri transportasi itu banyak variabelnya ya, mungkin permintaan, ketersediaan angkutan kita yang
compatible dengan permintaan yang ada kan itu perlu pengaturan-pengaturan, jadi dalam situasi seperti ini kita lebih konsolidasi, memantapkan apa yang sudah bisa kita kerjakan sekarang ini, dan me-
recovery kontraksi-kontraksi yang terjadi,” terang Billy. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, MIRA masih mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 18,78% secara tahunan atawa
year-on-year (yoy) dari semula Rp 22,11 miliar di kuartal I 2021 menjadi Rp 17,96 miliar. Sementara itu, rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih MIRA tercatat sebesar Rp 5,97 miliar di kuartal I 2021, naik dari rugi bersih periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,49 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi