Mitra Komunikasi target tambah 50.000 gerai mitra



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun lalu, PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) turut meramaikan aktivitas pasar modal Indonesia. Pada 30 September 2017, emiten distributor produk telekomunikasi ini tercatat memiliki investasi di PT Kioson Komersial Indonesia sebanyak 24,70 juta saham setara Rp 2,47 miliar.

Sepekan kemudian, persisnya pada 5 Oktober 2017, Kioson mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski bukan pemegang saham utama, MKNT turut mengantarkan Kioson Komersial Indonesia (KIOS) go public. KIOS merupakan start up pertama di Indonesia yang mencatatkan sahamnya di BEI.

Di KIOS, MKNT hanya menguasai 4,26% saham. Pengendali KIOS adalah PT Artav Mobile Indonesia, yang menguasai 53,89% saham. KIOS yang bergerak di bidang peer to peer lending sukses masuk bursa saham. Pasca IPO, saham KIOS menanjak dan sempat terkena suspensi dua kali.


Manajemen MKNT melihat suspensi saham KIOS menunjukkan minat pasar yang besar pada start up, yang umumnya mencari modal via modal ventura.

"Selama ini investor hanya melihat start up dan tidak bisa ikut terlibat. Sekarang karena terbuka di bursa, semua orang bisa ikut mendanai bisnis start up dan teknologi," ungkap Roby Tan, Direktur, MKNT, kepada KONTAN, belum lama ini. Alhasil, dia optimistis mulai tahun ini kontribusi pendapatan dari KIOS akan positif.

Sistem baru

Di masa mendatang, MKNT bakal fokus mengembangkan sistem teknologi informasi dan distribusi produk. "Kami sedang mengembangkan sistem distribusi online yang akan membuat permintaan dan pengiriman dari pelanggan kami menjadi lebih cepat," kata Roby.

Melalui sistem ini, pengelola gerai telekomunikasi dapat memesan voucer paket data sesuai keinginan dan tak lagi tergantung pada persediaan yang dimiliki tim yang turun ke lapangan. Proses yang sebelumnya bisa makan waktu seharian bisa dipangkas menjadi 3 menit. Roby optimistis, sistem tersebut dapat berjalan penuh pada kuartal satu ini.

MKNT menargetkan penambahan gerai mitra pada tahun ini sebanyak 50.000 gerai menjadi 175.000 gerai. Saat ini jumlah gerai mitra MKNT berkisar 125.000 gerai.

MKNT bakal fokus ekspansi gerai ke Kalimantan lantaran penetrasi smartphone di Pulau Borneo tersebut masih rendah. Manajemen MKNT melihat ada peluang besar bagi pasar voucer dan smartphone di Kalimantan.

Memang, tak hanya menyediakan voucer prabayar, MKNT juga bergerak di bidang distribusi perangkat telekomunikasi beberapa merek besar, seperti Samsung, Oppo, Huawei dan lainnya.

Adapun strategi bundling jual smartphone dan SIM card menjadi andalan mereka. "Paling banyak dari Sumatra, banyak sekali masyarakat di sana yang melakukan upgrade dari ponsel 2G menjadi smartphone," ungkap Roby.

Dengan demikian, manajemen MKNT mengharapkan kontribusi penjualan gawai telekomunikasi bisa meningkat menjadi 8%, dari sebelumnya sebesar 5%.

MKNT juga berencana menggandeng perusahaan layanan jasa keuangan peer to peer lending (P2P) untuk mengembangkan gerai mitra, terutama terkait akses permodalan. Rencananya, dana sebanyak Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 bakal tersedia bagi gerai yang tertarik mengembangkan bisnis mereka.

MKNT menilai banyak mitra yang memiliki potensi besar. "Tapi mereka terganggu akses pendanaan. Maka kami akan bantu menyiapkan modal untuk mereka," jelas Roby.

Roby belum mau membeberkan lebih banyak mengenai program modal ini. Dia menjanjikan akan ada informasi lebih lanjut Januari ini.

Mengenai aturan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tentang registrasi identitas kartu SIM yang berpotensi menekan permintaan kartu baru, manajemen MKNT tak ambil pusing. Menurut Roby, ladang bisnisnya nanti bukan lagi soal akuisisi pelanggan baru, namun menyediakan paket data di mana permintaannya bakal terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan pengguna ponsel pintar.

Apalagi, sebagai mitra distributor resmi Telkomsel, MKNT melihat peluang besar pasca provider ini memenangkan lelang frekuensi 2,3 GHz. Artinya sesuai moto provider jaringan telekomunikasi tersebut, MKNT juga akan ikut menjangkau nusantara.

MKNT belum berencana akuisisi maupun mengantarkan anak usaha untuk IPO. Pada tahun ini, MKNT mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 50 miliar. Manajemen melihat jumlah tersebut cukup untuk kegiatan operasional. Posisi belanja 2018 memang lebih rendah dibandingkan 2017 senilai Rp 80 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini