JAKARTA. Seretnya penjualan mobil memicu Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melonggarkan kebijakan rasio kredit alias loan to kredit value (LTV) kendaraan bermotor, bersamaan dengan LTV properti. Kabar ini seharusnya menjadi angin segar bagi pelaku industri otomotif Indonesia. Namun, PT Mitra Pinasthika Mulia Tbk menyambut dingin kebijakan itu. Perusahaan tersebut memprediksi revisi kebijakan itu tak akan memberikan dampak positif secara signifikan bagi jualan mobil dan motor, maupun penyewaan mobil yang mereka geluti.
Alasan Mitra Pinasthika adalah daya beli masyarakat yang belum kembali prima. Belum lagi tantangan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL). "Kami tak berani memberikan janji. Kalo daya beli pelanggan baik, aturan ini pasti sangat membantu," ujar Agung C. Kusumo, Director Business Development and Investor Relations PT Mitra Pinasthika Mulia Tbk, Jumat (22/5). Tapi Agung tak menampik jika kebijakan BI tersebut adalah upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, wajar apabila BI tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menentukan kebijakan. Sekadar mengingatkan, BI melonggarkan LTV untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR) masing-masing sebesar 10%. Jadi besar uang muka yang dibayar pembeli kendaraan sistem kredit, akan mengecil. Saat ini LTV kendaraan bermotor roda dua adalah 75%, roda empat 70% dan roda tiga untuk keperluan produktif 80%. Hanya saja manajemen Mitra Pinastika pilih tak cuma mengandalkan dampak positif kebijakan otoritas moneter dan OJK. Mitra Pinasthika memilih menggenjot strategi internal dengan mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure sebesar Rp 1 triliun tahun ini. Rencana ekspansi Ada empat rencana belanja yang sudah dipersiapkan.
Pertama, mengganti mobil untuk bisnis sewa. Rencana ini mendapatkan alokasi terbesar, yakni Rp 450 miliar.
Kedua, membangun pabrik pelumas. Manajemen Mitra Pinasthika belum detail membeberkan rencana ini. Hanya saja, perusahaan berkode
MPMX itu siap menyisihkan Rp 240 miliar - Rp 250 miliar.
Ketiga, menambah 10 diler baru di Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Alokasi dana untuk rencana ini adalah Rp 250 miliar. Hingga tutup kuartal I-2015, Mitra Pinasthika sudah merealisasikan penambahan enam diler di Tanjung Priok Jakarta; Bekasi Jawa Barat; Alam Sutera Banten; Tanjung Pinang Kepulauan Riau; dan Surabaya Jawa Timur. Jadi perusahaan itu tinggal mengejar target pembukaan empat diler lagi. "Ini juga merupakan salah satu strategi kami untuk meningkatkan penjualan," aku Agung. Cara
keempat, memperbaiki sistem teknologi. Rencana ini mendapatkan alokasi dana sisa dari tiga rencana lain. Kalau dihitung, nilainya sekitar Rp 50 miliar. Selain menerapkan empat strategi lain, Mitra Pinasthika belum berencana menambah lini bisnis anyar. Sebab hingga kini mereka melihat sektor otomotif dalam negeri masih menggiurkan digarap.
Meski telah membeberkan aneka rencana, Mitra Pinasthika enggan mengungkapkan target kinerja tahun ini. "Kami harus berhati-hati menentukan target karena melihat kondisi ekonomi saat ini, hanya sekadar targetnya untuk tumbuh itu sudah baik," beber Agung. Mitra Pinasthika memang harus lebih berhati-hati menggerakkan kemudi bisnis di periode kinerja selanjutnya. Sebab, di kuartal I-2015 kemarin, meski pendapatannya tumbuh tapi laba perusahaan itu turun. Sebagai informasi, di triwulan pertama tahun ini, Mitra Pinasthika menjual mobil merek Nissan dan Datsun sebanyak 625 unit mobil, naik 50% ketimbang periode yang sama sebelumnya. Sementara penjualan kendaraan roda dua tercatat 216.000 unit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia