KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) terus mengembangkan bisnis anak-anak perusahaan di tengah harga komoditas yang melemah. Strategi ini ditempuh mengingat batubara merupakan komoditas dengan cadangan yang terbatas. Selain itu, MBAP ingin menangkap peluang dari tren permintaan energi baru dan terbarukan ke depan yang semakin besar serta bisnis lainnya. Direktur Utama Mitrabara Adiperdana Khoirudin mengatakan, sesuai dengan roadmap empat pilar bisnis Mitrabara, MBAP masih akan mempertahankan pilar bisnis utama di sektor tambang, khususnya batubara.
Namun, kata Khoirudin, MBAP juga terus mencari ppotensi tambang lainnya seperti mineral, andesit, maupun jenis tambang lainnya. "Di samping itu, kami juga sangat serius mengembangkan bisnis-bisnis baru melalui anak-anak usahanya, yaitu di sektor energi baru terbarukan, sektor industri agro, serta sektor infrastruktur dan jasa," kata Khoirudin di Jakarta, Kamis (2/5).
Baca Juga: Laba Mitrabara Adiperdana (MBAP) Anjlok 87,9% Jadi US$ 21,69 Juta di Tahun 2023 Khoirudin menjelaskan, di sektor energi baru terbarukan, MBAP masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa. PT Masdar Mitra Solar Radiance (MMSR), anak usaha Mitrabara di bidang energi surya, telah mengoperasikan panel surya dengan kapasitas 1,75 MWp pada tahun 2023 dan akan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, MMSR menargetkan untuk mengoperasikan 200 MWp dengan target finalisasi kontrak sebesar 195 MWp. Adapun, PT Malinau Hijau Lestari (MHL) yang bergerak di bidang produksi wood pellet diharapkan mampu menjadi salah satu pemimpin pasar produsen wood pellet dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun, yang ditargetkan akan mulai produksi pada akhir tahun 2025. Di sektor agro industri, MBAP masuk ke bisnis aquaculture melalui PT Mitradelta Bahari Pratama (MBP), bekerja sama dengan PT Delta Marine Indonesia yang telah berpengalaman lebih dari 40 tahun di industri budidaya tambak udang vannamei. Mulai tahun ini, MBP mengoperasikan 20 kolam udang vannamei di So Lembo, Nusa Tenggara Barat, dengan target produksi ± 190 ton. Secara berkelanjutan, MBP akan menambah jumlah dan menargetkan bisa mengoperasikan secara optimal 140 kolam budidaya dengan target produksi mencapai ± 3.000 ton per tahun. MBAP memandang bahwa bisnis aquaculture memiliki peluang cukup besar dan masih sangat terbuka termasuk untuk melakukan pengembangan bisnis aquaculture ke sektor hulu dan hilir, seperti cold storage hingga pengolahan. Di sektor infrastruktur dan jasa, MBAP masuk ke bisnis kontraktor pertambangan melalui PT Mitra Muda Makmur (MMM). MMM ditargetkan untuk menjadi kontraktor pertambangan terkemuka yang mampu memberikan jasa yang kompetitif di industri pertambangan di Tanah Air. Hingga akhir tahun 2023, pilar bisnis batubara memang masih mendominasi pendapatan MBAP. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, Khorudin optimistis, diversifikasi yang dijalankan akan berkontribusi signifikan pada kinerja perusahaan. “Kontribusi dari diversifikasi usaha ini kami harapkan mampu menjadi penopang kinerja perusahaan di saat harga batubara turun seperti yang terjadi sepanjang Tahun 2023 hingga saat ini,” ujar Khoirudin. Sebagai gambaran, MBAP mencatat laba bersih tahun 2023 berada diangka US$ 21,69 juta atau Rp 351,3 miliar (asumsi kurs Rp 16.199) turun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai US$ 179,39 juta.
Selain laba bersih, pada 2023 pendapatan konsolidasi MBAP diketahui sebesar US$ 224,09 juta, nilai ini juga turun dibandingkan tahun lalu yang berada diangka US$ 449,54 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat