Mitratel, anak usaha Telkom ini akan IPO saham, apakah layak dibeli?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) akan menjual saham perdana di lantai bursa atau melakukan initial public offering (IPO). Anak usaha Telkom yang akan IPO saham tersebut adalah PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Apakah saham IPO Mitratel layak dikoleksi?

Mitratel adalah anak usaha Telkom Indonesia yang bergerak di bisnis sewa menara telekomunikasi. Mitratel termasuk perusahaan dengan jumlah menara telekomunikasi terbesar di Indonesia. 

Di Indonesia, sudah ada sejumlah perusahaan menara telekomunikasi yang IPO saham di Bursa Efek Indonesia. Mereka antara lain PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).


Analis Ciptadana Sekuritas, Gani menuturkan IPO saham Mitratel layak dikoleksi. Menurutnya, IPO saham akan mendapat cukup banyak perhatian investor. "Industrinya masih memiliki prospek pertumbuhan yang baik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/10).

Hanya saja, untuk saat ini dia bilang tenancy ratio Mitratel masih menjadi yang paling rendah, yakni 1,57 kali dibandingkan dengan pesaingnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Rasio ini memang lebih rendah dibanding TOWR dan TBIG yang memiliki tenancy ratio masing-masing 1,89 kali per kuartal kedua kemarin.

Kemudian, dari sisi nilai perusahaan, ia menyebutkan akan tergantung dari valuasinya. "Valuasi mitratel mungkin di sekitar 10 kali -12 kali EV/EBITDA agar cukup menarik," sebutnya.

Baca Juga: Perkuat bisnis digital, ini rekomendasi analis pada saham Kalbe Farma (KLBF)

Sekedar informasi, Mitratel sendiri disebutkan bakal melepas 25% saham melalui IPO. Selain itu sudah ada dua investor institusi yang berkomitmen untuk masuk, yakni Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan Government of Singapore Investment Corporation (GIC).

Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe juga menilai komitmen dari investor institusi memberikan sentimen positif terhadap IPO Mitratel. "Karena GIC merupakan investor jangka panjang," sebutnya.

Untuk prospeknya, ia bilang Mitratel juga merupakan perusahaan menara dengan jumlah tower terbanyak. Sebagai gambaran, Mitratel saat ini memiliki 28.000 lebih menara telekomunikasi.

Sementara itu, hingga 30 Juni 2021 TOWR sendiri memiliki 21.575 menara, belum termasuk hasil akuisisi saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Sementara TBIG hingga 30 Juni 2021 memiliki 37.232 penyewaan dan 19.709 sites telekomunikasi.

Kiswoyo meyakini, TLKM sendiri akan menjaga kepemilikan menara Mitratel untuk menjadi yang terbesar. Sehingga, ia menilai Telkom akan kembali mengalihkan menaranya.

Baca Juga: Masuk pekan RDG BI, simak saham pilihan rekomendasi analis

Asal tahu saja, Mitratel sudah beberapa kali mendapatkan pengalihan menara dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), juga anak usaha Telkom, sebanyak 4.000 menara telekomunikasi dengan nilai transaksi tersebut mencapai Rp 6,18 triliun, termasuk biaya penjualan dan penyewaan balik (sale and lease back).

Pengalihan menara ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan antara kedua perusahaan. Setelah sebelumnya pada Oktober tahun lalu Telkomsel juga telah mengalihkan sebanyak 6.050 menara telekomunikasi miliknya ke Mitratel.

Dengan melantai di BEI, Kiswoyo juga menilai akan memberikan dampak positif bagi TLKM. "Dengan begitu, ketika akan ekspansi bisa mencari pendanaan sendiri sehingga dapat meringankan beban pembiayaan TLKM," imbuhnya.

Itulah rencana dan prospek IPO saham Mitratel. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto