KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menyiapkan dua badan usaha milik negara untuk masuk bursa saham dengan mekanisme penawaran shaam perdana ke publik alias initial public offering (IPO) di tahun ini. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, dalam acara Mandiri Investasi Market Outlook 2021 Rabu (10/3) mengungkatkan, IPO dua BUMN akan dilakukan pada kuartal II sampai kuartal III 2021 ini. Dua perusahaan itu adalah anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yakni Dayamitra Telekomunukasi (Mitratel) dan anak usaha Pertamina; PT Pertamina Geothermal. “Jadi ada dua kesempatan IPO dari anak perusahaan Telkom dan Pertamina Geothermal," kata Tiko, panggilan karibnya.
Baca Juga: Telkomsel dan Mitratel rampungkan pengalihan kepemilikan 6.050 menara telekomunikasi Jika merujuk keterangan manajemen Mitratel sebelumnya, IPO anak usaha TLKM ini akan melepas 20%. Mitratel juga terus berupaya memperbasar kepemilikan menara. Baru-baru ini, Telkomsel mengumumkan finalisasi pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Jual Beli Bersyarat atau
Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) yang telah disepakati kedua pihak pada Oktober 2020. Pengalihan menara Telkomsel ke Mitratel sudah dilakukan antara lain, tahap pertama Oktober 2020 lalu yang mengalihkan 1.911 menara. Adapun tahap finalisasi Februari 2021 lalu, Telkomsel kembali mengalihkan kepemilikan dari 4.139 menara. Dus, dengan begitu,Telkomsel telah melepas 6.050 menara telekomunikasinya ke Mitratel. Nilai pembelian menara tersebut mencapai Rp 10,3 trilliun.
Baca Juga: Pertamina Siapkan Pertamina Geothermal Energy (PGE) Menjadi Induk Holding Panas Bumi Saat ini,
tenancy ratio menara Mitratel saat ini di kisaran 1,5 kali dengan proyeksi akan terus mendaki dengan bertambannya jumlah menara Mitratel. Berdasarkan keterbukaan informasi TLKM, Jumat (16/10), setelah segala kewajiban perjanjian jual beli bersyarat terpenuhi dan kedua belah menandatangani akta pengalihan, total menara telekomunikasi Mitratel akan bertambah menjadi lebih dari 22.000 unit. Lantas bagaimana dengan Pertamina Gheothermal? Berdiri 12 Desember 2016, anak usaha Pertamina dengan kepemilikan 100% lewat PT Pertamina yang mengempit 91,09% dan sisanya 8,91% oleh Pertamina Pedeve Indonesia bergerak dalam usaha tenaga panas bumi. Memiliki dua anak usaha yakni PT Geothermal Energy Lawu dan Geothermal Energi Seulawah, Pertamina Gheothermal banyak menggarap bisnis dalam induk usaha yakni Pertamin dan sinergi dengan sistem company yang ada di lingkungan Pertamina.
Dalam situs perusahaan disebutkan, aset perusahaan terkait panas bumi antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP antara lain PLTP Arae Kamojang, PLTP Lahendong, PLTP Area Sibayak Monoblok, PGE Area Ulubelu dan PLTP Karaha. Tahun lalu, aset Pertamina Geothermal mencapai Rp 35,98 triliun dengan pendapatan senilai Rp 9,3 triliun. Saat ini, pemerintah tengah membentuk induk usaha (holding) BUMN Panas Bumi. PGE bersama dengan dua calon anggota holding, yakni PT Geo Dipa Energi dan PT PLN Gas & Geothermal akan berada di dalam satu wadah. Adapun total aset holding ditaksir mencapai Rp 57,13 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana