KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel telah bertransformasi menjadi penyedia infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara dari yang awalnya hanya membangun jaringan telekomunikasi berbasis telepon. Direktur Utama Dayamitra Telekomunikasi Theodorus Ardi mengatakan, tahun ini, tepatnya pada 23 Oktober 2024, Mitratel genap berusia 16 tahun dan sudah banyak perubahan bisnis model yang dilakukan MTEL. Perkembangan bisnis Mitratel ditandai dengan semakin agresif membangun jaringan menara di seluruh Indonesia, termasuk di daerah terpencil dan terluar yang saat itu belum mendapatkan akses telekomunikasi secara memadai.
Baca Juga: Jelang Pengumuman Laporan Keuangan, Asing Beli Saham MTEL, Begini Kata Analis Per Juni 2024, Mitratel tercatat memiliki 38.581 menara dengan 58.598 penyewa. Dengan jumlah tersebut, MTEL telah menguasai 54% bisnis penyewaan menara di dalam negeri. Jika dirinci, dari 38.581 menara yang dimiliki MTEL, sebanyak 15.974 menara atau setara 41% berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya atau setara 59%, berada di luar Pulau Jawa. "Agresivitas membangun jaringan dan serangkaian akuisisi aset menara serta fiber menjadikan Mitratel menjelma menjadi digital infraco yang ada di Indonesia," kata Theodorus yang akrab disapa Teddy ini dalam keterangan resmi, Kamis (24/10). Selain berevolusi di model bisnis, Mitratel juga melakukan lompatan penting ketika memutuskan menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) pada 2021. "Dengan menjadi perusahaan publik, penerapan good corporate governance (GCG) semakin baik dan terus dipacu untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham," kata Teddy.
Sekadar mengingatkan, MTEL meraup dana segar Rp 18,33 triliun dalam IPO. Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini menawarkan sekitar 229 juta saham dengan harga Rp 800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat