Mitsubishi UFJ Financial Group berinvestasi US$ 856 di Grab Asia Tenggara



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Grab Asia Tenggara mengatakan Mitsubishi UFJ financial group (MUFG) dan perusahaan IT TIS sepakat untuk berinvestasi US$ 856 juta kepada Grab. Hal itu dikarenakan pihaknya tengah agresif untuk memperluas layanan keuangan.

Mengutip Reuters, Selasa (25/2), dalam pernyataannya, Mitsubishi UFJ Financial group Jepang setuju untuk berinvestasi US$ 706 juta. 

"Investasi MUFG ke Gram adalah mosi percaya dalam strategi aplikasi super kami dan kemampuan kami untuk membangun bisnis jangka panjang yang berkelanjutan," kata Ming Maa, presiden Grab dalam sebuah pernyataan.


Baca Juga: Grab raises $856 mln from Japanese investors in financial services push

Grab mengatakan nantinya dana tersebut akan digunakan untuk menawarkan produk dan layanan pinjaman asuransi juga manajemen kepada konsumen di Asia Tenggara, khususnya pada perusahaan kecil dan menengah.

Wakil Presiden MUFG dan CEO Hironori Kamezawa menjelaskan, nantinya bank akan menggabungkan teknologi canggih Grab dengan keahlian data untuk merancang pengalaman keuangannya. 

"Kami percaya bahwa aliansi ini juga akan menghasilkan momentum tambahan untuk transformasi digital MUFG yang berkelanjutan," jelasnya.

Grab juga mengatakan TIS merupakan bagian dari TIS INTEC Group, dimana ia turut berinvestasi sebesar US$ 150 juta di di perusahaan.

Mengingat suku bunga rendah dalam negeri rendah, MUFG Jepang tengah fokus dalam peningkatan bisnis Asia Tenggara dengan mengakuisisi saham di beberapa pemberi pinjaman wilayah tersebut. 

Baca Juga: KPPU hadirkan ahli hukum dalam agenda sidang Grab Indonesia

"Kemajuan Jepang dalam digitalisasi perbankan dan fintech lainnya tertinggal dari negara maju lainnya," kata Associate director S&P Global Ratings Shoki Nagano dalam sebuah laporan.

"Bank harus melakukan investasi yang cukup dalam teknologi baru, membangun manajemen yang fleksibel dan adaptif yang cocok untuk lingkungan yang cepat berubah."

Namun, Grab menolak berkomentar ketika dihubungi oleh Reuters.

Editor: Herlina Kartika Dewi