Miuccia Prada: Tetap ekspansif



Miuccia Prada dan suaminya pernah berambisi memiliki berbagai merek premium. Cara ini tak terlalu berhasil. Perusahaan malah terlilit utang, dan semakin besar karena resesi Italia. Miuccia kembali memutuskan fokus di brand sendiri dengan melengkapi berbagai produk fesyen. Miuccia yang beraset US$ 6,8 miliar versi Forbes, berhasil meningkatkan kinerja perusahaan.

Kecintaan para pelanggan wanita pada Prada memang tidak perlu disangsikan. Sang pendiri, Miuccia Prada harus terus berekspansi untuk memenuhi permintaan pasar atas barang mewah tersebut.

Ditemani sang suami, Patrizio Bertelli, Miuccia melakukan ekspansi akuisisi terhadap merek-merek lain. "Jika saya tidak pernah bertemu dia, mungkin saya sudah menyerah, atau tidak pernah sampai di sini," kata Miuccia, pada Majalah Vogue.


Bertelli, dengan insting dagang lebih besar, berperan mengguritakan bisnis Prada. Dia bertanggung jawab ketika mengakuisisi merek Fendi, Helmut Lang, Jil Sander dan Azzedine Alaia sebagai portofolio mereka di tahun 1999.

Merek-merek ini tak lama berada di tangan Prada. Helmut Lang dijual pada tahun 2005. Tahun 2007 Azzedine Alaia dijual kembali pada perusahaan lamanya, begitu pula Jil Sander. Penjualan in menandakan Prada yang ingin kembali ke bisnis inti.

Tidak hanya menjual pakaian, tas, dan aksesori kacamata, Prada mulai menjual produk pelengkap fesyen seperti parfum. Setelah melakukan penelitian sejak tahun 2004, dua tahun berikutnya Prada meluncurkan produk parfum laki-laki Prada Amber Pour. Hingga tahun 2011, parfum Prada terus meledak di pasar.

Selain itu, Prada juga merilis produk ponsel, bekerja sama dengan LG Electronics. Melalui produk ini, Prada ingin menggabungkan kebutuhan telekomunikasi dengan mode.

Tahun 2007, perusahaan merilis produk Prada Phone by LG serentak di empat negara yakni Italia, Inggris, Prancis, dan Jerman. Kemudian produk ini menyusul ke Asia dan Amerika Latin.

Animo pencinta fesyen kelas atas terhadap ponsel gaya ini cukup besar. Perusahaan menjual 1 juta telepon genggam. Ingin mengulang kesuksesan yang sama, Prada kembali menggandeng LG merilis produk kedua pada Oktober 2008. Bukan hanya berkelas, Prada mengedepankan fitur teknologi pada ponselnya.

Meski Prada begitu populer, perusahaan ternyata tidak lepas dari masalah keuangan. Tahun 2009, perusahaan membutuhkan pinjaman dari bank sekitar US$ 1,6 miliar, agar lebih leluasa membuka toko dan mempromosikan label di tengah resesi.

Penjualan Prada melorot di tahun 2008, mengikis kas, pendapatan, sementara beban meningkat. Untungnya bank yang menjadi kreditur Prada mau memperpanjang utang hingga akhir 2012, sehingga perusahaan bisa bernafas lega.

Untuk mengatasi masalah utang berkepanjangan, Prada mempertimbangkan untuk menjualnya ke pasar publik lewat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Miuccia dan suaminya memiliki saham mayoritas 95% sebelum IPO.

Pada 23 Juni 2011, Miuccia berhasil melihat mereknya Prada SpA tercatat di bursa Hong Kong. Dari ajang IPO, perusahaan berhasil meraup dana US$ 2,14 miliar. Berdasarkan data Bloomberg, Harga perdana Prada sebesar HK$ 39,5 per saham.

Perusahaan asal Milan yang menjual tas tangan kulit US$ 2.950 per buah ini mencatatkan kinerja tahunan memuaskan tahun lalu, yang berakhir di Januari 2012.

Penjualan naik 25% dibanding tahun sebelumnya menjadi € 2,56 miliar. Asia memberikan penjualan signifikan. Laba bersih naik 72% menjadi € 431,9 juta (US$ 573,9).

Prada akan membagikan dividen 5 sen per saham. Pasar merespons positif. Harga saham Prada kemarin (30/3), di bursa Hong Kong sempat menyentuh harga rekornya di posisi HK$ 50,50 per saham.

Sepanjang setahun lalu, Prada telah membuka 75 gerai, menambah jumlah butiknya menjadi 388. Prada menargetkan memiliki 550 outlets di akhir 2013.

(Selesai)

Editor: Catur Ari