JAKARTA. Setelah surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN) dilarang untuk jadi underlying asset investasi reksadana, para manajer investasi harus semakin kreatif mencari aset yang baru. PT Mandiri Manajer Investasi (MMI) berinisiatif untuk mengemas produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) sebagai aset dasar reksadana proteksinya. Inisiatif ini sepertinya menjawab kebutuhan masyarakat yang selama ini tidak bisa mengakses pembelian EBA secara langsung. Sebab selama ini, KIK EBA memang banyak diserap institusi. Nah, mulai 8 Desember hingga 30 November nanti, Mandiri bakal menawarkan produk reksadana proteksi berbasis EBA Danareksa SMF II kelas A. Menurut Andreas M Gunawidjaja, direktur MMI, reksadana dengan nama Mandiri Investa Terproteksi Pendapatan Berkala Seri 6 (Manivest 6) ini akan memproteksi sampai jatuh tempo. Di mana maksimum masa jatuh tempo sampai 2019. Tapi masa jatuh tempo itu tersebut bisa lebih cepat jika ada si pemegang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang melunasi lebih awal. "Proyeksinya sampai bisa berakhir 2015 atau lebih cepat di Desember 2013," kata Andreas. Pada reksadana ini, MMI akan memberikan bunga bersih sebesar 8,1% jika sampai Desember 2013. Tapi kalau jangka waktunya lebih lama, maka bunga selanjutnya sebesar 10% sampai jatuh tempo. Pada penawaran awal EBA Danareksa SMF II memberikan bunga 11%. Andreas mengaku tidak bisa memberikan bunga lebih besar karena harus membeli di pasar sekunder dengan harga lebih tinggi. Sampai saat ini, harga EBA ini sudah mencapai 102%. MMI menargetkan bisa mendapatkan dana kelolaan sebesar Rp 170 miliar hingga Rp 175 miliar. Jika berminat untuk membeli produk ini, MMI telah bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk menjual produk proteksi terbarunya ini. "Di dalam propektus kami menjual Rp 10 juta per unit, tapi bisa berubah sesuai dengan kebijakan agen penjual," tutur Andreas. Sampai saat ini, MMI telah mengantongi dana kelolaan sebesar Rp 18,7 triliun. Andreas berharap, pada akhir tahun mereka bisa mengantongi dana kelolaan sebesar Rp 19 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
MMI terbitkan reksadana berbasis EBA
JAKARTA. Setelah surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN) dilarang untuk jadi underlying asset investasi reksadana, para manajer investasi harus semakin kreatif mencari aset yang baru. PT Mandiri Manajer Investasi (MMI) berinisiatif untuk mengemas produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) sebagai aset dasar reksadana proteksinya. Inisiatif ini sepertinya menjawab kebutuhan masyarakat yang selama ini tidak bisa mengakses pembelian EBA secara langsung. Sebab selama ini, KIK EBA memang banyak diserap institusi. Nah, mulai 8 Desember hingga 30 November nanti, Mandiri bakal menawarkan produk reksadana proteksi berbasis EBA Danareksa SMF II kelas A. Menurut Andreas M Gunawidjaja, direktur MMI, reksadana dengan nama Mandiri Investa Terproteksi Pendapatan Berkala Seri 6 (Manivest 6) ini akan memproteksi sampai jatuh tempo. Di mana maksimum masa jatuh tempo sampai 2019. Tapi masa jatuh tempo itu tersebut bisa lebih cepat jika ada si pemegang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang melunasi lebih awal. "Proyeksinya sampai bisa berakhir 2015 atau lebih cepat di Desember 2013," kata Andreas. Pada reksadana ini, MMI akan memberikan bunga bersih sebesar 8,1% jika sampai Desember 2013. Tapi kalau jangka waktunya lebih lama, maka bunga selanjutnya sebesar 10% sampai jatuh tempo. Pada penawaran awal EBA Danareksa SMF II memberikan bunga 11%. Andreas mengaku tidak bisa memberikan bunga lebih besar karena harus membeli di pasar sekunder dengan harga lebih tinggi. Sampai saat ini, harga EBA ini sudah mencapai 102%. MMI menargetkan bisa mendapatkan dana kelolaan sebesar Rp 170 miliar hingga Rp 175 miliar. Jika berminat untuk membeli produk ini, MMI telah bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk menjual produk proteksi terbarunya ini. "Di dalam propektus kami menjual Rp 10 juta per unit, tapi bisa berubah sesuai dengan kebijakan agen penjual," tutur Andreas. Sampai saat ini, MMI telah mengantongi dana kelolaan sebesar Rp 18,7 triliun. Andreas berharap, pada akhir tahun mereka bisa mengantongi dana kelolaan sebesar Rp 19 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News