MNC Energy Investments (IATA) Kejar Produksi Batubara Lebih dari 7 Juta Ton di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT MNC Energy Investments Tbk mengincar kenaikan produksi batubara di tahun 2023. Emiten berkode saham IATA itu mengincar produksi batubara di atas 7 juta ton di tahun 2023.

Head of Investor Relations PT MNC Energy Investments Tbk Natassha Yunita mengatakan, sebagian Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) anak usaha perusahaan sudah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Ada satu yang masih proses tapi produksi masih kecil,” ujar Natassha kepada Kontan.co.id, Kamis (5/1).


Baca Juga: MNC Energy Investments (IATA) Mengincar Dana Rights Issue Rp 2,7 Triliun

Dengan asumsi harga batubara sebesar US$ 50 per metrik ton (MT), IATA bakal meraup pendapatan sebesar US$ 350 juta dengan angka produksi 7 juta ton. Angka tersebut menurut proyeksi perusahaan akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan IATA untuk mendapatkan kontrak pembelian batubara. 

Rencana produksi IATA di tahun 2023 melampaui data terkini produksi batubara IATA di tahun 2022. Berdasarkan data yang diterima Kontan.co.id, realisasi produksi batubara IATA hingga kuartal IV 2022 mencapai 4,22 juta ton.

Kinerja keuangan IATA memang tengah menanjak sejalan dengan momentum tingginya permintaan dan harga batubara di pasar internasional. 

Laporan keuangan interim IATA menunjukkan, IATA membukukan pendapatan sebesar US$ 166,60 juta di Januari-November 2022, naik 130,22% secara tahunan dari periode sama tahun 2021 yang sebesar US$ 72,36 juta. 

Baca Juga: Terkerek Harga Batubara, Laba Bersih IATA Pada Kuartal III-2022 Melonjak 344,7%

Laba periode berjalan setelah dampak performa yang diatribusikan kepada pemegang saham entitas induk IATA  juga melesat 166,62% yoy dari semula US$ 17,18 juta di Januari-November 2021 menjadi US$ 45,83 juta di Januari-November 2022.

Selain memacu kinerja, IATA juga mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) untuk pembebasan lahan, pembuatan jalan angkut, dan pelabuhan. Natassha tidak merinci berapa anggaran capex yang IATA alokasikan untuk membiayai keperluan tersebut.

“(Angka capex) fluid, menyesuaikan keadaan,” tutur Natassha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi