JAKARTA. Belakangan ini, Grup MNC asyik menjaring pendanaan dari pasar modal lewat sejumlah emitennya. Namun, aksi korporasi MNC Grup lewat penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau biasa disebut private placement, menjadi pil pahit bagi investornya.Aksi private placement dilakukan oleh tiga entitas Grup MNC. Mereka adalah PT Bhakti Investama Tbk (BHIT), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), dan PT MNC Kapital Tbk (BCAP).BMTR akan merilis saham baru sebanyak 1,258 miliar saham atau setara 9,01% dari jumlah saham yang ditempatkan disetor penuh. Dengan harga minimal pelaksanaan private placement di Rp 2.360, BMTR bakal memperoleh dana Rp 2,96 triliun.Selanjutnya BCAP yang akan menerbitkan saham sebanyak 149,9 juta saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sedangkan BHIT akan menambah modal tanpa HMETD sebesar 10% dari total modal disetor, yang setara dengan 3,57 miliar saham.Emiten Grup MNC lainnya, PT MNC Land Tbk (KPIG), lebih memilih menerbitkan saham baru dengan HMETD atau bisa disebut rights issue, sebanyak-banyaknya 1,28 miliar saham. Efek dilusi aksi KPIG mencapai 26,6%.Perlu dicatat, private placement tak memberikan hak kepada pemegang saham yang ada saat ini untuk mempertahankan porsi kepemilikannya. Dus, kerugian investor dari aksi ini beragam, salah satunya adalah menciutnya besar dividen yang bakal diterima investor.Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia memperhatikan, Grup MNC terlalu sering melakukan aksi korporasi dengan private placement yang lama-lama menyebabkan pemegang saham lamanya semakin terdilusi.Satrio mensinyalir, private placement menjadi pilihan utama karena MNC menginginkan dana yang cepat dan lebih murah. Apalagi, penggunaan dananya banyak digunakan untuk akuisisi. Dia menegaskan, investor harus mencermati siapa pihak yang menjadi mitra private placement emiten Grup MNC.Thendra Chrisnanda, Analis BNI Securities menghitung, dengan tambahan saham baru, nominal dividen bisa menurun karena jumlah saham sebagai sub pembagi semakin besar. Sebagai catatan, tahun 2011 lalu, BHIT membagi dividen sebesar Rp 3 per saham dengan total Rp 100,49 miliar dari laba bersih 2011 yang sebesar Rp 244 miliar. Artinya, rasio terhadap laba bersih sebesar Rp 41,18%.Tahun 2012, BHIT ternyata juga melakukan private placement sebanyak 10% dari total saham yang dicatatkan. Jumlah sahamnya pun meningkat jadi 35,68 miliar dari sebelumnya 33,449 miliar saham. Dengan asumsi rasio dividen per laba bersih yang sama seperti di 2011, sekitar 40%, maka dengan laba bersih tahun 2012 sebesar Rp 679 miliar, dividennya adalah Rp 7,6 per saham. Seandainya tak ada private placement, dividen masih Rp 8,11 per saham.Thendra bilang, kalau aksi ini untuk ekspansi, bisa jadi sentimen positif. "Tetapi juga harus dicermati harganya, fair atau tidak," terangnya.Analis Remax Capital Lucky Bayu Purnomo menilai, resiko aksi private placement adalah pembeli siaga yang tak akan menyerap seluruh sisa saham yang tidak laku. "Kalau pembeli siaganya tidak jelas, bisa berantakan harga sahamnya," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
MNC getol private placement, investor yang rugi
JAKARTA. Belakangan ini, Grup MNC asyik menjaring pendanaan dari pasar modal lewat sejumlah emitennya. Namun, aksi korporasi MNC Grup lewat penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau biasa disebut private placement, menjadi pil pahit bagi investornya.Aksi private placement dilakukan oleh tiga entitas Grup MNC. Mereka adalah PT Bhakti Investama Tbk (BHIT), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), dan PT MNC Kapital Tbk (BCAP).BMTR akan merilis saham baru sebanyak 1,258 miliar saham atau setara 9,01% dari jumlah saham yang ditempatkan disetor penuh. Dengan harga minimal pelaksanaan private placement di Rp 2.360, BMTR bakal memperoleh dana Rp 2,96 triliun.Selanjutnya BCAP yang akan menerbitkan saham sebanyak 149,9 juta saham atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sedangkan BHIT akan menambah modal tanpa HMETD sebesar 10% dari total modal disetor, yang setara dengan 3,57 miliar saham.Emiten Grup MNC lainnya, PT MNC Land Tbk (KPIG), lebih memilih menerbitkan saham baru dengan HMETD atau bisa disebut rights issue, sebanyak-banyaknya 1,28 miliar saham. Efek dilusi aksi KPIG mencapai 26,6%.Perlu dicatat, private placement tak memberikan hak kepada pemegang saham yang ada saat ini untuk mempertahankan porsi kepemilikannya. Dus, kerugian investor dari aksi ini beragam, salah satunya adalah menciutnya besar dividen yang bakal diterima investor.Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia memperhatikan, Grup MNC terlalu sering melakukan aksi korporasi dengan private placement yang lama-lama menyebabkan pemegang saham lamanya semakin terdilusi.Satrio mensinyalir, private placement menjadi pilihan utama karena MNC menginginkan dana yang cepat dan lebih murah. Apalagi, penggunaan dananya banyak digunakan untuk akuisisi. Dia menegaskan, investor harus mencermati siapa pihak yang menjadi mitra private placement emiten Grup MNC.Thendra Chrisnanda, Analis BNI Securities menghitung, dengan tambahan saham baru, nominal dividen bisa menurun karena jumlah saham sebagai sub pembagi semakin besar. Sebagai catatan, tahun 2011 lalu, BHIT membagi dividen sebesar Rp 3 per saham dengan total Rp 100,49 miliar dari laba bersih 2011 yang sebesar Rp 244 miliar. Artinya, rasio terhadap laba bersih sebesar Rp 41,18%.Tahun 2012, BHIT ternyata juga melakukan private placement sebanyak 10% dari total saham yang dicatatkan. Jumlah sahamnya pun meningkat jadi 35,68 miliar dari sebelumnya 33,449 miliar saham. Dengan asumsi rasio dividen per laba bersih yang sama seperti di 2011, sekitar 40%, maka dengan laba bersih tahun 2012 sebesar Rp 679 miliar, dividennya adalah Rp 7,6 per saham. Seandainya tak ada private placement, dividen masih Rp 8,11 per saham.Thendra bilang, kalau aksi ini untuk ekspansi, bisa jadi sentimen positif. "Tetapi juga harus dicermati harganya, fair atau tidak," terangnya.Analis Remax Capital Lucky Bayu Purnomo menilai, resiko aksi private placement adalah pembeli siaga yang tak akan menyerap seluruh sisa saham yang tidak laku. "Kalau pembeli siaganya tidak jelas, bisa berantakan harga sahamnya," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News