MNC Investama (BHIT) kantongi restu rights issue dari pemegang saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana rights issue PT MNC Investama Tbk (BHIT) makin terang. Emiten ini telah mengantongi restu pemegang saham untuk menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Jumat (26/4).

Direktur Utama BHIT Darma Putra menyatakan, agenda RUPSLB kali ini terbagi atas tiga bagian besar. "Namun sebenarnya hanya membahas terkait rights issue saja," kata Darma, hari ini.

BHIT berniat melepas 17,57 miliar saham, dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Para pemegang saham juga menyetujui pemberian wewenang dan kuasa kepada direksi BHIT dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk menentukan rasio pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas VI, harga pelaksanaan, penggunaan dana dan tindakan-tindakan lainnya yang perlu dilakukan sesuai dengan tanggapan dari otoritas dan regulator serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


Darma mengatakan bahwa untuk rasio pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas VI ini, setiap tiga saham lama akan mendapatkan satu rights, yang bisa ditukar ke satu saham baru. "Kalau untuk harga belum ditentukan. Nanti baru akan diputuskan," lanjutnya.

Agenda yang kedua, para pemegang saham menyetujui penyelesaian hak tagih yang dikompensasi menjadi setoran saham BHIT atas hak tagih Caravaggio Holdings Limited dan New Ascend Limited sebesar US$ 115 juta atau setara dengan Rp 1,58 triliun. "Dengan perincian,dari hak tagih Caravaggio Holdings Limited sebesar Rp 832,11 miliar dan hak tagih New Ascend Limited sebesar Rp 750,63 miliar yang dilakukan melalui Penawaran Umum Terbatas VI dengan mekanisme rights issue," paparnya.

Yang ketiga, menyetujui untuk melakukan perubahan pasal 4 ayat 2 anggaran dasar Perseroan sebagai tindak lanjut dari adanya peningkatan Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh BHIT menjadi sebesar Rp 7,03 triliun. Total jumlah saham mencapai 70,29 miliar saham, masing-masing dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Mengenai hal ini, Darma Putra bilang, hal tersebut memberikan efek yang baik kinerja keuangan BHIT. "Membantu banyak dari sisi arus kas, karena utangnya diubah jadi saham. Beban utang jadi berkurang dan berubah menjadi modal. Modalnya jadi besar sehingga perusahaan pasti lebih solid," paparnya.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (24/4) tentang informasi HMETD, BHIT akan menggunakan seluruh dana rights issue setelah dikurangi biaya-biaya, untuk penyelesaian hak tagih kepada Caravaggio dan New Ascend. Hal tagih tersebut dapat dikompensasi menjadi setoran saham sesuai dengan ketentuan Pasal 10 POJK Nomor 32. Tingkat dilusi rights issue BHIT mencapai 25%.

Pada keterbukaan informasi tanggal 20 Maret 2019, BHIT menyebutkan bahwa Caravaggio dan New Ascend akan menjadi pembeli siaga rights issue. Tapi dalam keterbukaan informasi terbaru 24 April, BHIT tidak menyebutkan pihak yang bertindak sebagai stand by buyer. "Mereka akan jadi pembeli siaga BHIT karena utang ke mereka akan dikonversi jadi saham BHIT," kata Darma kepada Kontan.co.id.

Darma mengatakan, pihaknya tidak akan banyak melakukan ekspansi tahun ini sehingga tak mengalokasikan belanja modal. "Soalnya capex hanya di anak usaha kami. Tahun ini, kami hanya akan fokus kuatkan unit-unit yang ada. Misalnya di digital media yang sedang berkembang pesat, maka kami harus lebih cepat dari itu. Tahun lalu kami juga sudah membangun inovation center yang akan membawahi semua perkembangan IT dan digital baik di asuransi maupun di media lainnya di grup," ujarnya.

Induk usaha Grup MNC milik Hary Tanoesoedibjo ini mencatatkan kenaikan laba 8,39% menjadi Rp 14,72 triliun dari sebelumnya Rp 13,58 triliun. Laba bersih BHIT turun 41,90% menjadi Rp 86,35 miliar dari sebelumnya Rp 148,62 miliar.

Soal target kinerja, di tahun ini, BHIT mematok pertumbuhan kinerja sekitar 10%-20% dibanding akhir 2018. "Rilis kinerja di kuartal I ini juga cukup positif. Anak-anak usaha kami seperti MNCN dan MSIN mencatatkan kinerja yang bagus di kuartal I ini," pungkas Darma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati