KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT MNC Investama Tbk berencana melakukan restrukturisasi utang dengan skema konversi saham alias Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD). Emiten berkode
BHIT ini akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 9 Agustus mendatang. Ada dua kreditur yang akan masuk jadi pemegang saham, yaitu Caravaggio Holdings Limited dan Scott Capital Investment.
Di Caravaggio Holdings, BHIT memiliki kewajiban senilai US$ 115 juta. Utang ini akan dikonversi menjadi saham sebanyak 13,76 miliar atau senilai Rp 1,58 miliar dengan menggunakan nilai kurs Rp 13.763 per dollar AS. Sementara dengan Scott Capital Investments perseroan sempat mendapat tiga fasilitas pinjaman, masing-masing senilai US$ 17,99 juta, US$2,42 juta dan Rp 33,54 miliar. Sehingga, total utang di Scott Capital mencapai Rp 321,6 miliar dengan nilai kurs Rp 14.105 per dollar AS. Nantinya, utang ini akan dikonversi menjadi saham sebanyak 2,79 miliar. Jika para pemegang rapat merestui, kedua utang ini akan dikonversi selambat-lambatnya pada 30 September 2018. Direktur Utama MNC Investama, Darma Putra menyebut aksi ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan dan memperkuat struktur permodalan dan rasio utang terhadap ekuitas. Sayangnya, dia enggan menyebut konsekuensi dari aksi ini terhadap arah bisnis perusahaan ke depannya. Mengingat dengan adanya konversi saham ini kreditur akan masuk menjadi pemegang saham. "Nanti detailnya kami info saat RUPS," ujar dia, Kamis (19/7). Yang pasti dengan adanya aksi ini para pemegang saham BHIT akan mengalami dilusi sebanyak-banyaknya 29,99%. Namun, mengutip keterangan dari keterbukaan informasi perusahaan dilusi ini diklaim terjadi pada harga pasar sehingga tidak merugikan pemegang saham saat ini. Mengutip keterbukaan informasi, BHIT akan menerbitkan saham baru dengan nilai nominal Rp 100. Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menilai aksi konversi saham lebih disukai emiten sebagai solusi restrukturisasi utang. "Manajemen perseroan tidak dibebani dengan biaya bunga, tidak pusing dengan jatuh tempo dan bisa konsentrasi pada kinerja emitennya," papar Rio. Selain itu, konversi utang menjadi saham juga dipercaya bisa membuat likuiditas saham di pasar jadi lebih tinggi. Asal tahu, kepemilikan saham publik di bawah 5% di BHIT paling besar. Per 30 Juni 2018, publik mengempit sebanyak 18,48 miliar saham atau setara dengan 38,46% dari total saham. Kepemilikan terbesar kedua dipegang oleh HT Investment Development Ltd sebanyak 13,19 miliar setara dengan 27,47% dan Smart Empire Group Ltd sebanyak 6,02 miliar setara dengan 12,54%. Namun, menurut Rio investor perlu mewaspadai restrukturisasi dengan cara ini. Sebab, emiten berpeluang melakukan aksi korporasi seperti rights issue atau reverse stocks. Sehingga, pemilik saham lama berpotensi mengalami dilusi.
Dia menilai, secara fundamental BHIT belum menarik. Sebab, PER-nya -7,33 sementara dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan profit margin. Mengutip dari RTI, Net Profit Margin BHIT -,41% sementara
Return On Equity-nya -2,91%. "Lima tahun pertumbuhan pendapatan masih stagnan di bawah 10%," ujar Rio. Namun, untuk investor yang tertarik masuk. Rio menyarankan masuk saat BHIT berada di level 98 per saham. Dalam perdagangan hari ini, Kamis (19/7), harga BHIT berada di level 106 per saham. Dalam satu bulan terakhir, harganya sudah terpangkas sebesar 7,02%. Namun sepanjang tahun 2018, harga BHIT menguat 17,78%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi