Mobil bekas buatan Jepang lebih laris ketimbang Eropa, ini alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mobil buatan Jepang lebih banyak dipilih oleh konsumen otomotif. Pastinya, ada banyak pertimbangan terkait hal tersebut. Sebut saja mulai ketersediaan suku cadang, perawatan yang dinilai lebih mudah, serta harga komponen dianggap lebih murah dibandingkan mobil pabrikan Eropa.

Kondisi inilah yang kemudian membuat keberadaan mobil asal benua biru tidak begitu diminati oleh konsumen terlebih bagi para pemula.

Salah satu pebisnis mobil seken di WTC Mangga Dua Joni Gunawan mengatakan, di pasar mobil bekas, pabrikan Jepang memang jauh lebih mendominasi penjualan dibandingkan dengan mobil Eropa.


“Presentasenya 90% penjualan di dominasi mobil Jepang, 10%-nya konsumen yang memang fanatik dengan mobil Eropa,” ujar Joni saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/3/2021).

Baca Juga: Harga mobil bekas Toyota Rush per Maret 2021 mulai Rp 80 jutaan

Menurut Joni, banderol suku cadang mobil Eropa yang lebih mahal ketimbang pabrikan Jepang menjadi pertimbangan konsumen saat membeli mobil. Sebetulnya, keberadaan suku cadang mobil-mobil dari pabrikan Eropa tetap tersedia di pasaran, tetapi harga yang ditawarkan mahal.

“Selain itu, mobil Jepang yang mengalami kerusakan bisa diperbaiki di bengkel pinggir jalan. Berbeda dengan mobil Eropa yang tidak bisa sembarangan,” kata Joni.

Baca Juga: Resmi disuntik mati, kini harga mobil bekas Honda Jazz mulai Rp 60 jutaan

Joni menambahan, harga mobil Jepang saat di jual kembali juga tidak jatuh, berbeda dengan mobil Eropa yang harganya bisa terjun bebas.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, sebaiknya bagi pembeli pemula atau yang baru pertama kali memiliki mobil tidak coba membeli mobil Eropa. Sebab, biaya perbaikan relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan mobil Jepang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Mobil Bekas Merek Jepang Lebih Laris ketimbang Eropa?" Penulis : Aprida Mega Nanda Editor : Agung Kurniawan

Selanjutnya: Inden generasi keempat Suzuki Jimny di Indonesia, apa kabarnya sekarang?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie