Mobil laku, industri pendukung melaju



JAKARTA. Booming penjualan mobil menjadi ladang rezeki bagi industri pendukung otomotif. Sebab, kenaikan produksi mobil akan seiring dengan kenaikan permintaan komponen, dan suku cadang mobilnya.

Mari kita lihat efek dominonya. Laju produksi mobil Indonesia tak terbendung. Tahun lalu, produksi mobil  mencapai 1,2 juta unit. Adapun tahun ini, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi angka produksi sebanyak 1,98 juta unit. Ini artinya ada kenaikan sebesar  65%. 

Produksi mobil inilah yang turut menggerakan permintaan industri lain. Lihat saja, permintaan suku cadang mobil. Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian bilang, penambahan produksi mobil dari satu merek saja bisa berdampak positif bagi puluhan perusahaan produsen komponen otomotif.


Ia memberi contoh, rencana Mitsubishi membangun pabrik mobil senilai US$ 600 juta di 2015, bisa memperbesar bisnis 30 hingga 40 perusahaan komponen suku cadang mobil. "Industri komponen mendapat pasar baru," katanya Selasa (16/9).

Mereka yang mendapat pasar baru adalah: produsen ban, baja untuk komponen otomotif, kaca mobil, serta suku cadang lainnya seperti radiator juga aki. "Mereka mendapat pelanggan baru,” kata jelas Budi.

Untungkan pabrik

Salah satu industri yang menuai berkah dari kenaikan produksi mobil adalah PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL). Perusahaan ban ini telah merasakan untung dari investasi baru pabrik mobil low cost green car (LCGC) milik agen pemegang merek (APM). 

Setidaknya, sampai pertengahan 2014, sekitar 50%-60% mobil LCGC yang diproduksi di Indonesia sudah menggunakan ban hasil produksi Gajah Tunggal.

Bukan hanya permintaan ban untuk pabrikan saja yang naik, permintaan ban untuk ritel juga naik seiring kenaikan penjualan mobil. "Kenaikan produksi dan penjualan mobil membawa dampak positif," kata Arijanto Notohardjo, General Manager Marketing and Sales Retail GJTL kepada KONTAN, Rabu (17/9). 

Nah, untuk mengimbangi lonjakan permintaan ban pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang, GJTL menambah gerai Tirezone yang merupakan gerai resmi ban merek GT Radial. "Kami telah menambah gerai untuk mengimbangi populasi mobil di Indonesia," kata Arijanto.

Saat ini, jumlah gerai Tirezone milik GJTL tercatat 86 gerai yang tersebar di 25 kota di Indonesia. Jumlah gerai Tirezone ini bertambah dari jumlah gerai tahun lalu sebanyak 67 unit.  Selain ban, industri filter dan radiator mobil juga menikmati berkah kenaikan produksi mobil. "Pasar kami berpeluang tumbuh. Apalagi kami menjual untuk pabrikan dan aftermarket," kata Ang Andri Pribadi, Direktur Keuangan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM), selaku produsen filter dan radiator.

Selain memperbesar bisnis komponen yang sudah ada, kenaikan produksi mobil juga mengundang investor baru. Belakangan ini, tiga raksasa kaca dunia memutuskan untuk membuka pabrik kaca mobil di Indonesia. Mereka adalah Asahi Glass asal Jepang, Saint-Gobain asal Perancis dan Central Glass dari Amerika Serikat (AS). 

Asahi Glass membangun pabrik kaca mobil lewat PT Asahimas Flat Glass Tbk dengan investasi US$ 154,93 juta. Adapun Saint-Gobain dan Central Glass sepakat membangun pabrik kaca mobil berkapasitas 500.000 unit kaca per tahun. 

Yustinus Gunawan, Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) bilang, pengumuman investasi oleh prinsipal otomotif bak gula yang mengerubungi semut. "Ini hasil kestabilan politik dan keamanan yang berhasil memikat investor," katanya. 

Untuk memproduksi mobil di Indonesia, prinsipal mobil tentu akan mempertimbangkan pasokan komponen dari Indonesia juga. Maklum, salah satu tujuan memproduksi mobil di Indonesia terkait efisiensi. 

Jika komponen lokal tersedia, pihak prinsipal tak perlu repot impor komponen dari negara lain. Ketersediaan komponen lokal juga lebih aman karena tidak terpengaruh fluktuasi nilai tukar mata uang. "Selama efisien, penggunaan komponen lokal akan menguntungkan APM," kata Davy J Tulian, 4W Sales, Marketing and DND Director PT Suzuki Indomobil Sales. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto