Mobil Listrik Murah Mulai Menjamur di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar otomotif Indonesia terus-menerus dibombardir berbagai model mobil listrik baru. Beberapa mobil listrik bahkan memiliki harga yang mulai menyaingi mobil konvensional di segmen yang sama.

Terbaru, Wuling Motors mengumumkan harga resmi mobil listrik Cloud EV senilai Rp 398 jutaan on the road (OTR) Jakarta. Penentuan harga ini dilakukan melalui pertimbangan tim internal Wuling.

Harga mobil medium hatchback ini juga relatif terjangkau berkat insentif PPN 1% dari pemerintah. Insentif ini didapat mengingat model tersebut memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) 40%.


Baca Juga: Wuling Motors Kuasai Pangsa Pasar Mobil Listrik di Indonesia

"Cloud EV diharapkan dapat berkontribusi besar terhadap terhadap penjualan Wuling secara keseluruhan," kata Dian Asmahani, Sales & Marketing Director Wuling Motors dalam konferensi pers, Rabu (15/5).

Sebelumnya, Wuling telah memiliki dua mobil listrik dengan harga di bawah Rp 500 juta. Air ev yang merupakan mobil listrik pertama Wuling di Indonesia dihargai mulai Rp 190 juta sampai Rp 275 juta.

Ada pula BinguoEV yang dihargai sekitar Rp 317 juta--Rp 372 juta. Kedua model ini sama-sama menikmati insentif PPN 1%.

BinguoEV bahkan menjadi mobil listrik terfavorit di Indonesia dengan capaian penjualan lebih dari 3.500 unit hingga April 2024.

PT Neta Auto Indonesia juga baru-baru ini meluncurkan mobil listrik Neta V-II yang cukup murah. Harga pre-book Neta V-II dipatok sekitar Rp 200 juta.

Keberanian Neta menyematkan harga sebesar itu pada Neta V-II tak lepas dari fakta bahwa model tersebut akan diproduksi langsung di Indonesia, tepatnya di fasilitas milik PT Handal Indonesia Motor (HIM), Bekasi, Jawa Barat.

Baca Juga: Mobil Listrik Wuling Menjadi Kendaraan Resmi di Ajang World Water Forum 2024

Brand & Marketing Director Neta Auto Indonesia Yusuf Anshori menyampaikan, pihaknya kini fokus pada produksi lokal dan berkomitmen terus mengembangkan mobil listrik murah. "Kami berkomitmen untuk mengikuti aturan TKDN 40% agar mendapat insentif PPN 1% dan PPnBM 0%," tutur dia, Kamis (16/5).

Masih ada beberapa model mobil listrik lain yang memiliki harga terjangkau. Misalnya, Seres E1 yang dibanderol di kisaran Rp 189 juta--Rp 219 juta, Citroen e-C3 senilai Rp 377 juta, BYD Dolphin Rp 425 juta, MG4 EV Rp 433 juta, MG ZS EV Rp 453 juta, hingga Chery Omoda E5 Rp 488,8 juta.

Khusus Citroen e-C3, harga mobil ini menjadi lebih kompetitif di pasar berkat adanya insentif bebas bea masuk dan PPnBM impor mobil listrik utuh atau completely built up (CBU).

Citroen disebut memperoleh kuota impor mobil listrik CBU dengan bantuan insentif sebanyak 4.800 unit, kendati mereka belum tentu menyerap seluruh kuota yang disediakan.

Baca Juga: Kenapa Mobil Listrik Senyap? Ternyata Ada 4 Faktor

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menilai, dukungan insentif menjadi salah satu faktor penting di balik murahnya beberapa mobil listrik yang beredar di Tanah Air.

Di samping itu, mayoritas mobil listrik dengan harga di bawah Rp 500 juta telah diproduksi di dalam negeri yang tentu banyak mengandalkan komponen lokal. "Kami berharap sebentar lagi banyak mobil listrik dengan desain lebih besar dan harganya terjangkau," ujar dia, Kamis (16/5).

Jika ditelusuri, sebagian besar mobil listrik murah yang beredar di Indonesia berukuran kompak dan termasuk dalam kategori city car.

Ini berarti mobil listrik tersebut akan bersaing dengan beberapa mobil konvensional di segmen serupa yang rata-rata memiliki harga mulai dari Rp 160 jutaan. Contohnya adalah Toyota Agya (harga mulai Rp 170,90 juta), Suzuki S-Presso (Rp 169,1 juta), Honda Brio (Rp 167,9 juta), dan Daihatsu Sirion (Rp 230 juta).

Baca Juga: 6 Perbedaan Mobil Listrik dengan Mobil Konvensional yang Penting Diketahui

Walau begitu, Pengamat Otomotif Bebin Djuana menilai, kehadiran mobil listrik murah tidak akan mudah menggerus pasar mobil city car konvensional. Kembali lagi, tidak semua konsumen merasa siap langsung beralih menggunakan mobil listrik untuk mobilitas sehari-hari.

"Alhasil, mereka tetap memilih mobil konvesional," ucap dia, Kamis (16/5).

Selain itu, ada pula konsumen yang menganggap harga mobil listrik bisa ditekan lebih murah lagi, sehingga mereka cenderung menunda pembelian.

Ditambah lagi, konsumen masih menanti pengembangan lebih lanjut terkait infrastruktur penunjang seperti charging station yang akan memudahkan pemilik mobil listrik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto