JAKARTA. Kehadiran mobil murah atau low cost green car (LCGC) masih dicibir banyak kalangan karena memberikan banyak dampak negatif. Namun Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D Sugiarto, mencoba menggambarkan sisi positifnya. Sisi positif bisa dilihat dari kontribusi “mobil murah” terhadap pendapatan pusat dan daerah. Kendati tanpa Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), LCGC tetap menyumbangkan banyak pemasukan buat pemerintah. Ia menguraikan dengan hitung-hitungan kasar. “Sekarang LCGC sudah terjual 80.000 unit. Misalnya satu mobil harga Rp 100 juta, berarti jika ditotal mencapai Rp 8 triliun. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yaitu 10% dari situ, berarti sudah Rp 800 miliar masuk ke kas Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah kebagian pendapatan dari Bea Balik Nama (BBN), yakni 10%, berarti Rp 800 miliar juga,” beber Jongkie, di Jakarta, Senin (13/5/2014).
Mobil murah sumbang Rp 1 triliun ke kas negara
JAKARTA. Kehadiran mobil murah atau low cost green car (LCGC) masih dicibir banyak kalangan karena memberikan banyak dampak negatif. Namun Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D Sugiarto, mencoba menggambarkan sisi positifnya. Sisi positif bisa dilihat dari kontribusi “mobil murah” terhadap pendapatan pusat dan daerah. Kendati tanpa Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), LCGC tetap menyumbangkan banyak pemasukan buat pemerintah. Ia menguraikan dengan hitung-hitungan kasar. “Sekarang LCGC sudah terjual 80.000 unit. Misalnya satu mobil harga Rp 100 juta, berarti jika ditotal mencapai Rp 8 triliun. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yaitu 10% dari situ, berarti sudah Rp 800 miliar masuk ke kas Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah kebagian pendapatan dari Bea Balik Nama (BBN), yakni 10%, berarti Rp 800 miliar juga,” beber Jongkie, di Jakarta, Senin (13/5/2014).