Mobil seken marak dilelang, pebisnis daerah senang



JAKARTA. Riuh nian aula Balai Lelang Astria di Meruya, Jakarta Barat, Jumat (11/11) siang. Betapa tidak, lebih 100 pengunjung datang dari Jakarta dan luar daerah. Mereka memburu 400 unit mobil seken yang dijual lewat lelang. Ada yang memang buat digunakan sendiri, tapi mayoritas untuk dijual lagi. Semua pengunjung antusias. Bermodal pena dan buklet di tangan,mereka saling bersahut-sahutan. Sesekali mata tertuju ke podium, melihat mobil yang melintas di podium. Sedan, kijang, pick up, sampai truk, semua sengaja disetir petugas lelang demi menarik calon pembeli. Bayangkan saja, ratusan mobil ditata di lapangan terbuka samping aula.

Ada yang masih cantik lantaran keluaran tahun ini, ada pula yang pintunya penyok. Yang pasti, sebelum dipamerkan saat lelang, semua mobil sudah dipertontonkan dalam open show dua - sehari sebelumnya. Saban mobil paling banter ngetem satu menit di depan. Selanjutnya MC memandu lelang dan mulai meneriakkan harga dasar. Honda Accord abu-abu keluaran 2007 dibuka Rp 160-an juta. Tangan sang MC mengarah ke tamu yang mengacungkan jari. Belum lima detik berlalu, harga terus bergeser. Tak sampai 10 menit, lelang ditutup dengan harga Rp 193 juta, selisih Rp 33 juta dari harga dasar. Petugas lelang menghampiri calon pemilik mobil dan lembar putih diteken kedua pihak. Accord resmi milik dia. Jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, belum separuh target lelang terjual. Seusai makan siang, situasi makin riuh. Deru mesin mobil-mobil kembali terdengar. Bukan cuma terik matahari bikin gerah, tapi juga teriakan si MC. Giliran Xenia hitam metalik tahun 2009 yang dibuka seharga Rp 95 juta, dalam dua menit diboyong Wawan seharga Rp 97,5 juta. "Lumayanlah," ujar Wawan yang bekerja di dua show room mobil seken di Jakarta. Oh yah, pembayaran paling telat Selasa esok. Wawan terbilang rajin ikut lelang. Kalau tidak di Astria, Wawan ke lelang lain. Lelaki berkacamata itu utamanya mencari kendaraan niaga. Biasanya Wawan memboyong 6-8 truk dari lelang. Harganya jatuh tidak sampai Rp 200 juta. Peer selanjutnya, pemilik mesti mengurus kelengkapan administrasi. Kalau tidak ada STNK, paling tidak Wawan cs mesti keluar duit Rp 2 juta atau bisa lebih tinggi kalau masanya lebih lama. Nah, Wawan rajin ikut lelang bukan tanpa alasan. Dari 6-8 truk yang dia beli, bisa seluruhnya dilempar ke Jambi atau Pekanbaru. Di Sumatra sana harga bisa melompat jadi Rp 220 juta. "Banyak pengangkutan hasil bumi dan perkebunan, kalau ada orang Jakarta beli toh juga dijual lagi sama orang-orang daerah," kata Wawan. Mirip halnya cerita Niko. Pedagang mobil seken asal Palembang itu rajin ikut lelang karena ingin serius bisnis di kampungnya. Nama gerainya Doni Mobilindo. Makanya kali ini dia menargetkan dua mobil dulu. Pekan lalu sewaktu Astria melelang 300 unit mobil, Niko memboyong dua. Salah satunya Karimun. Dibuka dengan harga Rp 80 juta, Niko berhasil menuntaskan di angka Rp 85 juta. Dia optimistis mobil bisa laku seharga Rp 95 juta. "Sekarang lagi nunggu BPKB," kata Niko. Sukirno, staf PT Balai Lelang Astria bercerita lelang yang diadakan perusahaannya selalu saja ramai. Tiap lelang paling tersisa 10% dari total mobil. Bahkan Lebaran lalu sekali lelang bisa 600 unit mobil laku. "Banyak yang enggak sanggup lunasin kredit, jadi yah ditarik sama (petugas) leasing," kata dia. Menurut dia, ada kerja sama antara perusahaan lelang dengan leasing sampai-sampai telat bayar sepekan saja sudah ditarik. Belakangan ini Astria menjual mobil keluaran 2002 ke atas saja. Sukirno mengakui di luar Jawa mobil seken lebih cepat laku. Soalnya tidak gampang mendapat mobil di daerah. Juga, waktunya lama. Maklum, kuota ke daerah kadang dibatasi. "Yang jelek aja diembat, toh di Sulawesi sana bisa dijual tinggi tapi harus dipoles sedikit," kata dia. Sukirno menaksir pedagang bisa meraih untung Rp 10 juta - Rp 20 juta dengan menjual kembali hasil lelang. Makanya satu pengunjung bisa memboyong 10 mobil sekali lelang supaya untungnya terasa besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: