JAKARTA. Rasio kecukupan modal atawa capital adequacy ratio (CAR) bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus merosot. Per September 2009, CAR bank BUMN hanya 13,27%, padahal pada Agustus 2009 masih mencapai 15,70%.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Iqbal Lantaro mengatakan, penurunan CAR terjadi karena ekspansi kredit bank BUMN. Masalahnya, lanjut Iqbal, penyaluran kredit yang gencar itu tak disertai penambahan modal oleh pemerintah sebagai pemilik bank. "Konsekuensinya adalah kecukupan modal bank pun menurun," katanya kepada KONTAN, Rabu (11/11). Di BTN, semula rasio kecukupan modal di kisaran 15%. Tapi, akhir September, CAR merosot mereka ke kisaran 13% -14%. "Membaiknya ekonomi dan tumbuhnya permintaan kredit perumahan membuat kami mengucurkan kredit lebih besar," imbuh Iqbal. Direktur Utama PT Bank BNI Tbk. Gatot Soewondo (11/11) berpendapat, selain pengaruh dari penyaluran kredit, CAR bank plat merah juga merosot karena sebagian obligasi subordinasi yang mereka terbitkan sudah jatuh tempo.
Padahal selama ini obligasi subordinasi bisa diperhitungkan sebagai modal bank. "Karena itu banyak bank yang mulai menerbitkan subdebt untuk menguatkan permodalan dan melakukan ekspansi kredit," imbuhnya. Menurut Gatot, setiap BNI menyalurkan kredit sebesar Rp 1 trilliun, maka akan mengurangi CAR sebesar 0,20%. Menurut catatan Statistik Perbankan Bank Indonesia, nilai aset Bank BNI per akhir kuartal ketiga 2009 sebesar Rp 201,53 triliun. Dana masyarakat sebesar Rp 163,31 triliun dan penyaluran kredit Rp 120,13 triliun. Sedangkan BTN, sepanjang tahun ini telah menyalurkan kredit baru secara neto sebanyak Rp 6 triliun sehingga outstanding kredit mencapai Rp 38,114 triliun. Adapun komposisi kredit di BTN terdiri dari kredit sektor perumahan dan industri perumahan sebesar 95%. "Kredit sisanya, sebesar 5%, mengalir ke sektor lain-lain," tutur Iqbal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan