KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dunia politik Amerika Serikat, Pemilihan Presiden 2024 menjadi salah satu momen penting yang akan menentukan arah masa depan negara tersebut. Pertarungan kali ini mempertemukan Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump, dalam sebuah kompetisi yang sarat dengan isu-isu krusial dan dinamika politik yang kompleks. Kamala Harris, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden di bawah pemerintahan Joe Biden, kini maju sebagai kandidat Presiden dari Partai Demokrat.
Dengan latar belakang sebagai mantan Jaksa Agung California, Harris memiliki rekam jejak yang kuat dalam bidang hukum dan keadilan sosial.
Baca Juga: Beredar Spekulasi Michelle Obama Bisa Kalahkan Donald Trump Akses Aborsi Salah satu kebijakan utama yang diusung oleh Harris adalah peningkatan akses aborsi. Dalam beberapa tahun terakhir, isu ini telah menjadi topik hangat di Amerika Serikat, terutama setelah Mahkamah Agung yang didominasi oleh hakim konservatif membatalkan hak aborsi secara nasional. Harris berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak reproduksi wanita dan memastikan bahwa setiap wanita memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Kemudahan Pembentukan Serikat Pekerja Harris juga berjanji untuk mempermudah pekerja dalam membentuk serikat pekerja. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan memberikan mereka kekuatan lebih dalam negosiasi dengan perusahaan. Dalam era di mana kesenjangan ekonomi semakin lebar, kebijakan ini mendapat banyak dukungan dari kalangan pekerja. Penanganan Kekerasan Selain itu, Harris menekankan pentingnya penanganan kekerasan menggunakan senjata api. Amerika Serikat telah lama menghadapi masalah ini, dengan tingginya angka penembakan massal dan kekerasan senjata lainnya. Harris berencana untuk menerapkan kebijakan yang lebih ketat dalam pengawasan senjata api dan memperkuat sistem pemeriksaan latar belakang bagi pembeli senjata.
Baca Juga: Kamala Harris Maju di Pilpres AS, Berikut Kandidat yang Berpeluang Jadi Pasangannya Donald Trump: Kampanye dan Strategi Di sisi lain, Donald Trump, yang merupakan kandidat dari Partai Republik, kembali mencalonkan diri setelah sebelumnya menjabat sebagai Presiden pada periode 2017-2021. Kampanye Trump kali ini difokuskan pada kritik terhadap pemerintahan Biden-Harris dan janji untuk mengembalikan "kejayaan Amerika". Salah satu isu utama yang diangkat oleh Trump adalah kebijakan imigrasi. Trump mengkritik tajam penanganan pemerintahan Biden-Harris terhadap lonjakan imigran di perbatasan selatan dengan Meksiko. Trump berjanji untuk memperketat kebijakan imigrasi dan memperkuat keamanan perbatasan. Trump juga menantang Harris untuk berdebat secara langsung beberapa kali. Menurutnya, debat akan menjadi ajang yang tepat untuk menunjukkan perbedaan kebijakan dan visi antara kedua kandidat.
Baca Juga: Biden Mundur dari Pilpres AS, Zelenskyy: Terima Kasih Telah Mendukung Ukraina Trump mengklaim bahwa kebijakan Harris tidak jauh berbeda dengan Biden, sehingga dia yakin dapat mengalahkannya dalam debat publik. Setelah Joe Biden mengundurkan diri dari pencalonan, Partai Demokrat dengan cepat menyatukan dukungan di belakang Kamala Harris. Dukungan ini terlihat dari cepatnya Harris mendapatkan dukungan mayoritas delegasi dalam konvensi partai yang akan datang.
Para pemimpin utama Partai Demokrat, termasuk Chuck Schumer dan Hakeem Jeffries, secara terbuka menyatakan dukungan mereka untuk Harris. Konsolidasi Dukungan Keberhasilan Harris dalam mengonsolidasikan dukungan partai menjadi salah satu faktor penting dalam kampanye ini. Dengan dukungan dari tokoh-tokoh utama partai dan dana kampanye yang signifikan, Harris memiliki modal yang kuat untuk bersaing melawan Trump.
Editor: Handoyo .