Modal mengalir ke aset berisiko, dollar AS melemah



JAKARTA. Pidato Ben Bernanke tidak mengubur harapan pasar terhadap quantitative easing tahap ketiga (QE3). Ekspektasi semacam itu terlihat dari pergerakan indeks dollar.

Indeks dollar, yang mengukur nilai tukar the greenback terhadap valuta utama, Senin (3/9), melemah menjadi 8,1. Dollar AS melemah tipis terhadap euro. Arah yang sama juga ditempuh USD/JPY. Valuta Negeri Paman Sam itu hanya menguat terhadap aussie, terangkat data ekonomi Asutralia terbaru yang negatif.

Saat tampil di pertemuan pimpinan bank sentral sedunia, Jackson Hole, Bernanke menyatakan, Federal Reserves (The Fed) mencermati angka pengangguran. Dan, The Fed berniat melakukan penyesuaian kebijakan untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi, hingga pengangguran berkurang.


Kendati tidak tegas menyinggung QE3, pasar valuta menilai pernyataan Bernanke sebagai kemungkinan pengucuran QE3. “Lemahnya ekonomi AS saat ini memungkinkan QE. Apalagi, pekan ini dirilis data non farm payroll yang merupakan indikator penting di Amerika,” tutur Mike Jones, Currency Strategist di Bank of New Zealand, Wellington, seperti dikutip Bloomberg.

Survei ekonom Bloomberg menyimpulkan, ada penambahan 125.000 tenaga kerja, per akhir Agustus. Prediksi itu lebih rendah dibanding realisasi untuk Juli, yaitu 163.000. Tingkat pengangguran diprediksi stagnan di angka 8,3%.

Pasangan USD/JPY melemah hari ketiga sebelum publikasi data manufaktur di AS, yang diprediksi melemah. Pairing itu senilai 78,36, kemarin pukul 16.00 WIB. Spekulasi tentang QE3 pun semakin membesar.

“Pernyataan Bernanke mendorong pasar beralih ke riskier aset, hingga euro dan sterling menguat,” kata Research Analyst BNI, Klara Pramesti. Pemodal juga beralih ke yen, hingga USD/JPY melemah.

Namun, dollar AS masih mampu menguat terhadap aussie. Data Index Comodity Australia yang memburuk 3% disinyalir menjadi pendorong AUD/USD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini