KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitrausaha Indonesia Grup atau Modalku menilai tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) atau gagal bayar bagi fintech peer to peer lending terlalu rendah, tidak baik. Co-founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menyebut kehadiran fintech lending guna menyasar masyarakat yang unbankle atau memiliki risiko lebih besar. “Tidak mungkin kami menyasar orang yang lebih berisiko tapi NPL-nya rendah. Jadi yang paling penting menyeimbangkan bunga dan risiko. Kalau mau default nol, kita tidak ada pertumbuhan nanti,” tutur Reynold belum lama ini. Lanjut Reynold yang paling adalah ketika bunga pinjaman yang ditawarkan kepada lender ketika dikurangi dengan rasio gagal bayar masih masuk akal. Ia menyebut bisa saja bagi pemain fintech lending mencapai rasio gagal bayar hingga angka nol.
Namun tidak akan memberikan bunga yang menarik bagi lender. Selain itu, eksistensi kehadiran fintech lending tidak akan relevan lagi saat adanya kampanye inklusi keuangan. Hingga Juni 2019, TWP90 Modalku berada di level 1,25%. Nilai ini naik tipis dibandingkan Juni 2018 di level 1,12%. Oleh sebab itu Modalku tidak takut memberikan pinjaman kepada pemilik warung yang memiliki risiko lebih besar. Bahkan Modalku tahun ini akan fokus pada pembiayaan bagi pemilik warung ini.