Modalku Sebut Pengelolaan yang Baik Bisa Minimalisir Risiko Penyaluran Produktif



KONTAN.CO.ID - JKAARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending Modalku tak memungkiri adanya risiko dalam menyalurkan pinjaman ke sektor produktif. Mengenai hal itu, Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan, besar kecilnya risiko dalam penyaluran ke sektor produktif atau UMKM bergantung pada kualitas strategi pengelolaan. 

Arthur menerangkan, potensi risiko yang mungkin timbul adalah gagal bayar yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi yang tidak stabil dan perubahan dalam permintaan pasar.

"Namun, jika dikelola dengan baik melalui penilaian kredit yang komprehensif dan penerapan kriteria UMKM yang disesuaikan dengan produk pinjaman yang ditawarkan, risiko itu dapat diminimalisir secara signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).


Arthur juga mengatakan bahwa Modalku menerapkan prinsip responsible lending, yakni melakukan penilaian analisis kelayakan terhadap UMKM penerima dana serta kemampuan finansial mereka untuk melunasi pendanaan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemberi dana yang meminjamkan dananya melalui Modalku. 

Baca Juga: Pinjaman Fintech Lending ke Sektor Produktif Masih Menantang

Dalam proses seleksi dan monitoring penerima dana, dia menyampaikan pihaknya melakukan analisis dari berbagai macam data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Adapun sumber data tersebut berasal dari calon penerima dana, partner, dan juga lembaga kredit. 

Arthur menerangkan peran lembaga biro kredit dalam kedua tahapan tersebut sangat krusial. Sebab, mampu memberikan informasi yang relevan perihal kinerja secara historis dari penerima dana dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan. 

"Dengan demikian, tentunya dapat membantu proses analisis dan pengambilan keputusan," ujarnya.

Baca Juga: Waspadai Modus Salah Transfer, Cek Daftar Pinjol Legal & Ilegal 2024

Untuk prospek ke depan, Arthur menilai potensi pembiayaan ke UMKM di Indonesia pasarnya masih menjanjikan. Menurut riset yang dilakukan oleh AFPI bersama dengan EY Parthenon pada 2023, angka financing gap diperkirakan terus meningkat hingga 2026 mencapai Rp 2,4 triliun. 

Dia menyebut hal itu menunjukkan bahwa ada ruang yang besar untuk pertumbuhan dan perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang. 

Hingga saat ini, Arthur menyampaikan Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp 61 triliun kepada lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Per 15 Juli 2024, angka TWP90 Modalku berada di level 1,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati