JAKARTA. Praktik korupsi di Banten disebut sebagai model korupsi paling primitif. Model korupsi di wilayah yang dipimpin Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah itu dinilai cenderung mudah diungkap karena hanya berkisaran pada pemotongan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Praktik di Banten ini model korupsi paling primitif dan paling mudah diungkap karena hanya potong memotong APBD, nyaris mudah diungkap, dibuktikan, korupsinya tidak canggih, tidak memotong kebijakan,” kata aktivis Jaringan Warga untuk Reformasi (Jawara) Danhil Azhar dalam diskusi bertajuk "Setelah Atut Tersangkut" di Jakarta, Sabtu (21/12). Danhil mengatakan, sedianya praktik korupsi di Banten ini mudah ditelusuri penegak hukum. Kasus dugaan korupsi yang terjadi di Banten juga banyak jumlahnya. Menurut Danhil, ada 1000 lebih kasus yang dilaporkan masyarakat Banten kepada KPK. “Tapi saat ini KPK baru fokus di alkes dan bansos ya yang sedang dalam tahap penyidikan,” ujarnya. Dia juga mengatakan bahwa sebagian warga Banten menyambut gembira ditahannya Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah oleh KPK pada Jumat (20/12). Atut ditahan seusai diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan suap sengketa pemilihan kepala daerah di Lebak, Banten. Menurutnya, kegembiraan sebagian masyarakat Banten ini menunjukkan bahwa publik menilai pemerintahan Atut selama ini tidak berpihak kepada masyarakat. Secara ekonomi, kata Danhil, Provinsi Banten memiliki tektur makro yang baik. “Lima sampai enam persen pertumbuhan ekonomi, dan secara fiskal juga baik, secara fiskal mandiri, input yang dimiliki besar,” katanya. Namun, lanjut Danhil, fakta sosial ekonomi menunjukkan gambaran yang bertolak belakang. Kesejahteraan Banten tidak menyentuh rakyat kebanyakan namun hanya dinikmati segelintir orang. Karena perilaku rente keluarga itu. Ibaratnya keluarga, kepala keluarganya berpenghasilan besar tapi anak istrinya tidak, bisa jadi ada yang salah nih dengan kepala keluarganya, bisa saja kepala keluarganya selingkuh,” tuturnya. (Icha Rastika)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Model korupsi di Banten paling primitif
JAKARTA. Praktik korupsi di Banten disebut sebagai model korupsi paling primitif. Model korupsi di wilayah yang dipimpin Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah itu dinilai cenderung mudah diungkap karena hanya berkisaran pada pemotongan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Praktik di Banten ini model korupsi paling primitif dan paling mudah diungkap karena hanya potong memotong APBD, nyaris mudah diungkap, dibuktikan, korupsinya tidak canggih, tidak memotong kebijakan,” kata aktivis Jaringan Warga untuk Reformasi (Jawara) Danhil Azhar dalam diskusi bertajuk "Setelah Atut Tersangkut" di Jakarta, Sabtu (21/12). Danhil mengatakan, sedianya praktik korupsi di Banten ini mudah ditelusuri penegak hukum. Kasus dugaan korupsi yang terjadi di Banten juga banyak jumlahnya. Menurut Danhil, ada 1000 lebih kasus yang dilaporkan masyarakat Banten kepada KPK. “Tapi saat ini KPK baru fokus di alkes dan bansos ya yang sedang dalam tahap penyidikan,” ujarnya. Dia juga mengatakan bahwa sebagian warga Banten menyambut gembira ditahannya Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah oleh KPK pada Jumat (20/12). Atut ditahan seusai diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan suap sengketa pemilihan kepala daerah di Lebak, Banten. Menurutnya, kegembiraan sebagian masyarakat Banten ini menunjukkan bahwa publik menilai pemerintahan Atut selama ini tidak berpihak kepada masyarakat. Secara ekonomi, kata Danhil, Provinsi Banten memiliki tektur makro yang baik. “Lima sampai enam persen pertumbuhan ekonomi, dan secara fiskal juga baik, secara fiskal mandiri, input yang dimiliki besar,” katanya. Namun, lanjut Danhil, fakta sosial ekonomi menunjukkan gambaran yang bertolak belakang. Kesejahteraan Banten tidak menyentuh rakyat kebanyakan namun hanya dinikmati segelintir orang. Karena perilaku rente keluarga itu. Ibaratnya keluarga, kepala keluarganya berpenghasilan besar tapi anak istrinya tidak, bisa jadi ada yang salah nih dengan kepala keluarganya, bisa saja kepala keluarganya selingkuh,” tuturnya. (Icha Rastika)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News