Modernisasi militer, China klaim bukan ancaman bagi Asia-Pasifik



SINGAPURA. China dikenal sebagai negara dengan perekonomian yang terus tumbuh. Tak hanya itu, di bidang militer, negeri tirai bambu ini juga semakin unjuk gigi.

Namun, Menteri Pertahanan China Liang Guanglie menegaskan pertumbuhan ekonomi dan militer China yang sangat pesat bukanlah ancaman bagi kawasan Asia-Pasifik. Pernyataan ini disampaikan Guanglie dalam konferensi keamanan tahunan di Singapura menanggapi kembali memanasnya sengketa perebutan wilayah di laut China Selatan.

"Kami tidak ingin mengancam negara manapun dengan modernisasi militer kami. Saya paham, beberapa orang berpandangan militer China adalah ancaman," kata Guanglie.


Sebelumnya Vietnam dan Filipina memprotes aktivitas militer China yang meningkat di Laut China Selatan dalam beberapa pekan terakhir ini. China bersama Vietnam, Filipina, Brunei dan Taiwan terlibat sengketa wilayah di Laut China Selatan.

Kawasan itu selama ini dikenal sebagai jalur perdagangan yang strategis dan diduga memiliki kandungan minyak dan gas bumi yang berlimpah. Sejauh ini, China mengklaim kawasan seluas 1,7 juta kilometer persegi termasuk kepulauan Spratly dan Paracel.

Pemerintah Filipina pekan lalu mengatakan kapal-kapal perang dan pengintai China memasang pelampung di kawasan yang diklaim Manila sebagai wilayahnya. Uniknya insiden yang terjadi bulan lalu itu bersamaan waktunya dengan kunjungan Menhan Liang Guanglie ke Manila.

Sementara itu, Vietnam mengatakan kapal-kapal China memotong kabel-kabel survey milik perusahaan minyak dan gas Vietnam. Namun, Guanglie menjamin hubungan China dengan Filipina dan Vietnam kini sudah kembali stabil.

"China berkomitmen untuk ciptakan perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan," tegasnya. China tahun ini akan meningkatkan anggaran pertahanannya hingga mencapai 12,7% dari anggaran belanja nasionalnya.

Peningkatan anggaran belanja memicu ketegangan di Asia-Pasifik di mana Amerika Serikat sudah lama menancapkan kekuasaannya di kawasan tersebut.

Editor: