Modi Membuat Lebih dari 100 Pernyataan Islamofobia Selama Kampanye Pemilu India



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, India telah menyelenggarakan pemilu umum (Pemilu) yang sangat bergejolak.

Perdana Menteri India Narendra Modi, sekaligus Pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) dalam upayanya untuk terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga, secara konsisten mengeluarkan pernyataan yang berpotensi memecah belah masyarakat dengan menargetkan minoritas Muslim dan kelompok minoritas lainnya.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran global mengenai dampak negatif dari pidato kebencian yang disampaikan oleh seorang pemimpin nasional.

Temuan Human Rights Watch (HRW)


Organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW), merilis laporan yang menyoroti penggunaan retorika Islamofobia oleh Narendra Modi selama kampanye pemilu 2024.

Menurut laporan tersebut, dari 173 pidato kampanye yang disampaikan oleh Modi, lebih dari 100 di antaranya mengandung pernyataan yang secara langsung menargetkan umat Muslim dan minoritas lainnya.

Baca Juga: India Bakal Pangkas Bea Masuk Ponsel Pintar Termasuk Apple dan Samsung

Elaine Pearson, Direktur Asia di HRW, menyatakan bahwa retorika kebencian ini memiliki konsekuensi nyata bagi masyarakat. Banyak orang telah mengalami serangan fisik, penghancuran rumah, dan bahkan kehilangan nyawa akibat dari sentimen yang disulut oleh pidato-pidato ini.

HRW juga menegaskan bahwa retorika Modi yang penuh kebencian telah semakin menormalkan pelanggaran terhadap hak-hak Muslim, Kristen, dan kelompok minoritas lainnya.

Dampak Pidato Kebencian terhadap Minoritas di India

India adalah rumah bagi sekitar 200 juta umat Muslim, yang menjadikannya populasi Muslim terbesar ketiga di dunia. Meskipun demikian, mereka terus menghadapi diskriminasi sistematis di bawah pemerintahan Modi.

HRW mencatat bahwa dalam pidatonya, Modi sering kali mengangkat ketakutan di kalangan umat Hindu dengan klaim-klaim yang tidak berdasar, seperti ancaman terhadap tempat ibadah, kekayaan, dan keselamatan perempuan Hindu oleh umat Muslim. Klaim-klaim ini tidak hanya salah, tetapi juga berfungsi untuk memperburuk ketegangan antaragama di India.

Modi juga menuduh partai oposisi utama, Kongres Nasional India (INC), sebagai pihak yang akan mengutamakan umat Muslim dalam berbagai kebijakan jika mereka berkuasa. Pernyataan ini, yang tidak didukung oleh bukti konkret, bertujuan untuk mempolarisasi pemilih dengan mengadu domba satu kelompok agama dengan kelompok lainnya.

Baca Juga: Pernikahan Mewah Keluarga Ambani dan Ketimpangan Ekonomi di India

Reaksi Terhadap Pidato Modi

Pidato kebencian Modi menuai kecaman luas dari berbagai kalangan, termasuk pemimpin politik dan pengamat internasional. Banyak yang menyerukan agar Modi dilarang melakukan kampanye, namun pada akhirnya, ia berhasil memenangkan pemilu untuk ketiga kalinya meskipun harus bergantung pada mitra koalisi untuk membentuk pemerintahan.

Namun, dampak dari pidato kebencian ini terus terasa. Di negara bagian Jharkhand, pada Mei 2024, Modi kembali membuat pernyataan yang mengklaim bahwa "berhala dewa-dewa kita sedang dihancurkan" dan bahwa "infiltrator (Muslim) telah mengancam keamanan saudara-saudara perempuan kita".

Pidato semacam ini tidak hanya memicu ketegangan di tingkat lokal, tetapi juga memperburuk citra India di kancah internasional.

Editor: Handoyo .