KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Kemenangan Perdana Menteri Narendra Modi membuat pasar modal India bergolak. Pasalnya, perolehan kursi parlemen para pendukung Modi lebih rendah dari ekspektasi. Dari hasil perhitungan sementara, kursi Aliansi Demokratik Nasional yang dipimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India terbukti unggul. Perolehan kursi partai ini mencapai 292 kursi dari total kursi di majelis parlemen sebanyak 543 kursi.
Baca Juga: Perdana Menteri Narendra Modi Menang di Pemilu India Angka ini memang jauh lebih tinggi dari ambang batas kursi yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintah sebanyak 272 kursi. Namun, angka tersebut di bawah ekspektasi 400 kursi yang ditetapkan Partai Bharatiya. Efeknya, investor institusi asing melepas saham India. Penjualan asing mencapai 124,36 miliar rupee, sekitar Rp 24,32 triliun. Indeks saham India, S&P BSE Sensex anjlok 6% pada Selasa (4/6). NamunRabu (5/6), Sensex kembali naik 3,35% ke 74.491,63. Penurunan di Selasa tersebut merupakan yang terburuk sejak Maret 2020 saat Covid-19 melanda. Pasar melemah karena lockdown. Aksi jual asing ini juga tertinggi setelah di 17 Januari lalu terjadi arus keluar 105,78 miliar rupee.
Reformasi lambat
"Ada sedikit ketidakpastian karena investor khawatir terhadap lambatnya reformasi yang dimulai di bawah pemerintahan pimpinan BJP," kata Vinit Sambre, Kepala Ekuitas DSP Mutual Fund, seperti dikutip Reuters, kemarin. Ketidakpastian ini memicu koreksi di pasar karena investor menilai kembali prospek dalam lanskap politik baru.
Investor institusi dalam negeri yang selama ini meredam arus keluar asing juga ikut melego posisinya, dengan total saham yang dijual 33,19 miliar rupee. Aksi jual ini menjadi yang terburuk dalam hampir dua bulan terakhir. Para analis melihat perusahaan sektor publik, bank milik negara, pertahanan, infrastruktur dan barang modal berada di bawah tekanan karena ketidakpastian seputar reformasi. Tapi analis memperkirakan saham sektor konsumsi akan berkinerja baik.
Baca Juga: Market Global: Bursa Saham dan Komoditas Turun Didorong Data AS yang Lemah Para pelaku pasar juga melihat penurunan ini menjadi peluang untuk membeli saham. "Keberlanjutan kebijakan, ketahanan makroekonomi dan fundamental pertumbuhan yang kuat akan menjaga daya tarik relatif ekuitas India," tulis Goldman Sachs dalam risetnya. Pihaknya yakin aliran dana asing akan kembali, jika sentimen hasil Pemilu sudah berlalu.
Editor: Avanty Nurdiana