Mohammed bin Salman akan serang balik siapa pun yang ancam keamanan Arab Saudi



KONTAN.CO.ID - RIYADH. Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman memperingatkan negaranya akan menyerang siapa pun yang mengancam keamanan dan stabilitas kerajaan dengan "tangan besi". Hal itu diungkapkan Mohammed pada Kamis (12/11/2020), satu hari setelah terjadinya serangan pada upacara Remembrance Day, yang melukai dua orang di kerajaan.

Melansir Reuters, ISIS mengklaim serangan hari Rabu di sebuah pemakaman non-Muslim di kota Jeddah Laut Merah Saudi selama upacara peringatan Perang Dunia Pertama yang melibatkan Prancis dan kedutaan besar lainnya. Kelompok tersebut tidak memberikan bukti untuk klaim tersebut.

"Kami akan terus menyerang dengan tangan besi siapa pun yang berpikir mengancam keamanan dan stabilitas kami," kata Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, dalam pidato yang disiarkan oleh kantor berita negara Saudi SPA.


Serangan Rabu terjadi dua minggu setelah seorang pria Saudi melukai seorang penjaga keamanan di konsulat Prancis di Jeddah dengan apa yang digambarkan sebagai "alat tajam" dan setelah serangan militan Islam baru-baru ini di Prancis dan Austria.

Baca Juga: Kembangkan rudal balistik, Raja Salman desak dunia ambil sikap tegas terhadap Iran

Pangeran Mohammed mengatakan Arab Saudi, tempat kelahiran Islam, berkomitmen untuk melawan ekstremisme, dan menolak serta mengutuk semua tindakan teroris.

Dia mengatakan serangan teror yang sebenarnya di kerajaan, pengekspor minyak utama dunia dan sekutu utama AS, telah "jatuh mendekati nol" menyusul restrukturisasi kementerian dalam negeri dan reformasi sektor keamanan yang dimulai pada pertengahan 2017.

Pangeran Mohammed menjadi pewaris takhta setelah kudeta istana pada 2017 yang menggulingkan putra mahkota saat itu.

Baca Juga: Raja Salman: Iran sedang dalam upaya memiliki senjata pemusnah massal

Pangeran juga mengatakan kerajaan akan terus memerangi korupsi setelah negara berhasil memulihkan uang kerajaan senilai 247 miliar riyal (US$ 65,86 miliar), selain aset senilai puluhan miliar riyal dalam tiga tahun terakhir. 

Pada Januari 2019, Arab Saudi mengakhiri kampanye anti-korupsi besar-besaran di mana banyak anggota elit ekonomi dan politik kerajaan ditahan.

Para kritikus melihat tindakan keras itu sebagai perebutan kekuasaan oleh putra mahkota, yang berupaya untuk menyingkirkan pesaing mana pun untuk suksesi tahta. Sedangkan Pangeran Mohammed membela kampanye itu sebagai "terapi kejut" saat dia mencoba merombak ekonomi.

Selanjutnya: Ekonomi Arab Saudi kontraksi 4,2% di kuartal III-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie