JAKARTA. PT Eksploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) punya dua proyek pengerjaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yakni PLTU Rengat dan Tembilahan. Investasi yang dibutuhkan untuk dua proyek tersebut berpotensi membengkak lantaran proses pengerjaannya bisa dipastikan molor. "Memang ada kendala, jadi tentunya ada sejumlah eskalasi biaya-biaya tertentu," tandas Andri Cahyadi, Komisaris Utama CNKO, (8/10). Eskalasi biaya banyak terjadi untuk instalasi dan spare part mesin produksi. Ketika proyek ini dimulai, CNKO meneken kontrak pembelian mesin produksi bersama peralatan pendukungnya ketika posisi rupiah masih berada di level Rp 8.800 per dollar AS. Namun saat ini, posisi rupiah sudah kembali menyentuh level diatas Rp 12.000 per dollar AS.
Baik untuk proyek Rengat dan Tembilahan, ada tujuh item pengerjaan di setiap proyek. Dari ketujuh item tersebut, salah satunya merupakan pemenuhan kebutuhan mesin produksi atau equipment supply. Untuk di Rengat, kegiatan equipment supply telah terealisasi sebesar 60%. Adapun kebutuhan dana secara keseluruhan untuk proyek tersebut sebesar Rp 166,73 miliar jika mengacu pada perhitungan awal sebesar Rp 166,73 miliar. Sejauh ini, realisasi pengeluaran biayanya baru sebesar Rp 62,64 miliar. Sehingga, perseroan masih membutuhkan sekitar Rp 104,09 miliar lagi untuk merealisasi proyek tersebut hingga tahap final.