Moly-Cop berniat bangun pabrik baja ketiga



CILEGON. Produsen bola baja atau  grinding media PT Commonwealth Steel Indonesia yang akrab disebut Moly-Cop meresmikan pabrik kedua di Cilegon, Banten. Pabrik senilai US$ 24 juta ini memproduksi bola baja yang saat ini didominasi produk impor.

Pabrik baru Moly-Cop ini menempati lahan 32 hektare di kawasan industri Krakatau Industrial Estate Cilegon. Pabrik ini berkapasitas produksi sebesar 50.000 ton bola baja per tahun. 

Sebelum pabrik kedua hadir, Moly-Cop punya pabrik bola baja pertama berkapasitas 30.000 ton per tahun. Pabrik ini berjarak 1 kilometer dari pabrik kedua. Karena pabrik kedua sudah beroperasi, kapasitas produksi bola baja perusahaan naik menjadi 80.000 ton per tahun.


Adrian Boltong, President Director PT Commonwealth Steel Indonesia bilang, penambahan kapasitas produksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bola baja nasional yang sebagian masih impor. "Pabrik baru kami fokus memenuhi pasar nasional," kata Adrian, Selasa (2/12). 

Walaupun kedua pabrik beroperasi, namun kapasitas terpasang pabrik baru 50%, sekitar 40.000 ton setahun. 

Menteri Perindustrian Saleh Husin, menyambut baik keputusan Moly-Cop menambah produksi. Menurut dia, penambahan produksi bola baja bisa mengurangi impor.  Mengacu hitungan Kementerian Perindustrian, kebutuhan bola baja tahun ini mencapai 100.000 ton. Dari total pasar sebagian masih impor dari China dan Australia.

Untuk diketahui, bola baja digunakan untuk sektor pertambangan, khususnya pengolahan tambang tembaga dan emas. Adapun bola baja yang diproduksi Moly-Cop dijual ke PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara. Selain itu, Moly-Cop juga memasok bola baja ke perusahaan semen di Indonesia. 

Walaupun pertambangan kini sedang lesu, namun Adrian optimistis bisnis tambang segera bangkit. "Kondisi tambang tidak selamanya lesu kan? Selama tambang masih jalan, kami masih akan produksi," terang Adrian. 

Melihat potensi kebangkitan bisnis tambang, Adrian kembali menyusun rencana penambahan pabrik bola baja ketiga berkapasitas 100.000 ton per tahun. "Investasinya sekitar US$ 10 juta–US$ 15 juta. Tapi menunggu persetujuan markas pusat," ujarnya.

Untuk memproduksi bola baja, perusahaan memasok sebagian bahan baku dari PT Krakatau Steel dan sebagian lagi impor dari Australia. Sayangnya Adrian enggan membeberkan porsi keduanya. Untuk diketahui PT Commonwealth Steel Indonesia adalah anak usaha Arrium, perusahaan baja asal Australia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa