KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ethereum berpotensi akan mengalami kenaikan harga dimana aset kripto terpopuler setelah Bitcoin itu akan memasuki fase
The Merge. CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan,
The Merge merupakan transisi jaringan Ethereum dari mekanisme
proof-of-work (PoW) ke mekanisme
proof-of-stake (PoS). Menurutnya, dengan mekanisme PoS yang digadang gadang lebih efisien, memiliki potensi untuk bisa menaikkan permintaan ETH dan menaikkan harga ETH.
Adanya perubahan pada protokol Ethereum ini, membuatnya memiliki beberapa keuntungan seperti penggunaan Energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Harga Bitcoin Jatuh Dalam, Tekanan Jual Mengarah ke Level Terendah Selama ini, Ethereum didapatkan dengan skema
Proof of Work. Jika, dijelaskan secara sederhana, Ethereum didapatkan dengan cara mining atau penambangan, seperti Bitcoin. "Mekanisme
proof-of-work diclaim mengonsumsi energi listrik yang besar karena alat penambang Ethereum membutuhkan spesifikasi komputer tinggi dan
rig mining yang komplit serta listrik yang besar,” jelas Oscar dalam siaran pers, Jumat (9/9). Sedangkan
Proof of staking atau mendapatkan ETH dengan
staking hanya menggunakan modal internet sehingga lebih simpel dan ramah lingkungan. Dengan kelebihan
Proof of Stake ini, bisa membuat
token Ethereum (ETH) lebih berharga sehingga memiliki potensi harga ETH akan naik setelah proses The Merge selesai meskipun sejatinya harga aset kripto bergantung pada kondisi pasar. Oscar pun menambahkan bahwa Upgrade Ethereum 2.0 ini terbagi dalam tiga fase dan terlihat cukup rumit karena benar benar merombak mekanisme konsensus Ethereum itu sendiri. Terlebih, Ethereum bukan hanya sekadar koin namun merupakan jaringan blockchain yang banyak dimanfaatkan oleh hal lain seperti untuk NFT ataupun token token yang Berjalan di atas jaringan Ethereum.
“Fase pertama upgrade ini diperkenalkan pada bulan Desember 2020 lalu dan berjalan paralel dengan main
chain Ethereum yang disebut dengan Mainnet. Fase ini merupakan fase peluncuran
Beacon Chain. Fase kedua yaitu fase
The Merge di mana
Mainnet dan Beacon Chain digabungkan dan jaringan Ethereum pun mulai beroperasi menggunakan mekanisme
Proof-of-Stake (PoS),” jelas Oscar.
Baca Juga: Bitcoin Tidak Mati, Hanya Membosankan Saat Ini Fase ketiga sekaligus fase terakhir dari Ethereum 2.0 disebut dengan
sharding, yang kemungkinan besar akan diluncurkan pada tahun 2023, dimana Ketika
sharding telah terjadi, Ethereum akan dapat menangani ribuan transaksi per detik. Dengan adanya
sharding ini tentu Oscar berharap berpengaruh pada penurunan gas fee. Karena selama ini, mahalnya gas
fee merupakan kekurangan dari Ethereum itu sendiri.
Editor: Noverius Laoli