KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) menutup perdagangan di level 8.632,76 atau melemah tipis 0,09% pada hari ini (5/12/2025). Meski terkoreksi harian, secara mingguan IHSG tetap mencatat kenaikan 1,46%. Jika ditelisik, kemarin IHSG pun sempat mencetak rekor harga penutupan tertinggi baru (all time high) setelah ditutup naik 28,41 poin atau menguat 0,33% ke level 8.640,19 pada perdagangan hari Kamis (4/12/2025). Analis BRI Danareksa Sekuritas Reza Diofanda menyebut bahwa tren kenaikan IHSG yang terus mencetak ke rekor tertinggi menunjukkan bahwa momentum
bullish masih terjaga.
Pun momentum
dindow dressing menjadi katalis musiman yang biasanya mendorong aliran dana ke saham-saham yang ingin ditampilkan kuat dalam laporan akhir tahun.
Baca Juga: Menilik Prospek Fore Kopi Indonesia (FORE) di Tahun 2026 Menurut proyeksinya, selama selama IHSG mampu bertahan di atas area support 8.600 – 8.610, tren naik masih berpotensi berlanjut. “Optimisme investor juga didukung prospek penurunan suku bunga global, stabilitas ekonomi domestik, serta kinerja solid emiten big caps pada kuartal IV,” ujar Reza kepada Kontan, Jumat (5/12/2025). Meski momentum
bullish masih dominan, Reza bilang pelaku pasar perlu berhati-hati terhadap risiko aksi taking profit setelah reli panjang dalam waktu singkat. Semakin tinggi indeks bergerak dari area support, potensi koreksi jangka pendek juga meningkat. Di samping itu, ketidakpastian global serta rotasi sektor menjelang libur akhir tahun dapat memicu volatilitas pergerakan harga.
Baca Juga: Hasil RUPSLB Solusi Bangun Indonesia (SMCB): Tambah Aktivitas Bisnis dan Direksi Baru Untuk jangka pendek hingga akhir 2025, strategi yang disarankan kepada pelaku pasar adalah tetap mengikuti tren dengan disiplin pada level support–resistance, memanfaatkan trailing stop untuk mengamankan profit, serta fokus pada saham yang masih memiliki katalis musim liburan dan kinerja kuartal IV yang kuat. Apabila momentum penguatan dan aliran dana asing tetap terjaga, Reza memproyeksi IHSG berpeluang bergerak menuju kisaran 8.750–8.800 hingga akhir tahun 2025. “Jika sentimen
window dressing berjalan optimal, peluang pengujian resisten lanjutan di sekitar 8.900 tetap terbuka,” bidiknya. Lebih lanjut di tengah tren kenaikan IHSG, sejumlah sektor diperkirakan kembali mencuri perhatian menjelang akhir tahun, seiring peningkatan konsumsi dan mobilitas masyarakat. Menurut Reza, pelaku pasar menilai momentum musiman ini berpotensi memberikan dorongan pada kinerja beberapa emiten di sektor ritel, transportasi, hingga pembiayaan.
Emiten di sektor ritel dan konsumer diproyeksikan menjadi salah satu penerima manfaat terbesar, didorong oleh lonjakan belanja akhir tahun yang biasanya meningkatkan penjualan. Emiten di sektor transportasi dan pariwisata juga berpeluang mencatat perbaikan okupansi berkat meningkatnya mobilitas masyarakat selama periode liburan. Selain itu, emiten sektor logistik diperkirakan mendapat dorongan dari naiknya volume pengiriman terkait aktivitas e-commerce. Sementara itu, pembiayaan konsumer berpotensi terdorong oleh meningkatnya permintaan kredit untuk pembelian barang konsumsi jelang pergantian tahun.
Dari sisi saham, Reza merekomendasikan investor untuk mencermati beberapa di antaranya, yakni saham
ASII dengan target harga di Rp 7.000 – Rp 7.125 per saham, kemudian saham
WIFI dengan target harga Rp 3.950 – Rp 4.190 per saham, serta
COIN dengan target harga Rp 4.120 – Rp 4.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News