Momentum Hilirisasi, dss+ Intip Peluang Sektor Smelter



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perusahaan penyedia layanan konsultasi operasi, dss+ menilai pengembangan hilirisasi di Indonesia mulai berjalan ke arah yang lebih baik.

Komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi tercermin dari meningkatnya jumlah fasilitas pegolahan dan pemurnian yang dibangun dalam kurun 2014 hingga 2020. Jumlah smelter nikel di Indonesia meningkat dari hanya 2 menjadi 16. Pembangunan smelter-smelter baru pun masih terus berjalan sampai saat ini.

Seiring komitmen hilirisasi ini, dss+ pun mulai melirik potensi pengembangan bisnis khususnya dari segi penyiapan dan pengembangan operasi berkelanjutan untuk perusahaan pengolahan dan pemurnian mineral.


Baca Juga: Ekspor Naik, Industri Logam Dasar Menyumbang Kontribusi 10,86% di Kuartal III-2023

Mining & Metals Lead dss+ Indonesia Alfonsius Ariawan mengungkapkan, keterlibatan dss+ dalam layanan perencanaan dan pengembangan proyek smelter telah dilakukan dalam skala global meliputi sejumlah negara seperti Afrika, Selatan, Australia hingga Amerika Utara.

Secara khusus, Indonesia menjadi salah satu fokus dss+ di Pasar Asia.

"Kami sangat percaya dan kami melihat Indonesia sebagai negara yang sedang bertumbuh. Masa depan Indonesia akan jauh lebih baik, kita pun memang berinvestasi khusus di Indonesia," kata Alfonsius ketika ditemui Kontan, Senin (11/12).

Alfonsius mengungkapkan, demi memastikan operasi yang berkelanjutan bagi para klien, pihaknya mendukung penyiapan rencana kerja dengan memperhatikan aspek lingkungan dan operasional.

Untuk itu, dss+ memberikan dukungan bagi klien untuk menyelesaikan proyek dengan kerangka waktu dan anggaran yang lebih baik, menyajikan kajian menyeluruh atas sejumlah persyaratan yang dinilai dapat mendasari keberhasilan peluncuran dan pengoperasian fasilitas smelter di Indonesia.

Dalam kajian dss+, setidaknya 67% dari proyek modal mengalami kegagalan dalam aspek waktu, biaya, kualitas, atau keselamatan.

Demi mengatasi hal ini, dss+ mendorong peningkatan kinerja operasi perusahaan dengan memastikan biaya investasi dan durasi pelaksanaan proyek dapat tetap terjaga. Selain itu, dss+ turut berkontribusi pada upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan berupa dukungan pelatihan maupun upaya menciptakan alih pengetahuan dengan tenaga kerja asing.

Di sisi lain, langkah pemerintah dengan menerbitkan sejumlah regulasi terkait hilirisasi dinilai turut memberikan dampak pada pengembangan industri ke depannya.

Seperti diketahui, pemerintah sebelumnya telah resmi menutup keran ekspor bijih nikel. Kebijakan ini pada akhirnya mendorong tumbuhnya industri smelter nikel di dalam negeri. Terbaru, Pemerintah telah melarang ekspor bijih bauksit.

Alfonsius menjelaskan, berbagai kebijakan yang ada pada akhirnya akan turut memberikan dampak yang positif seiring komitmen hilirisasi yang terus berjalan.

"Situasi yang dinamis ini juga merupakan risiko yang mesti dikaji sejak awal (pembangunan). Ini juga menjadi strategi dss+," jelas Alfonsius.

Alfonsius menambahkan, dalam membantu pelaksanaan bisnis para klien, pihaknya mengandalkan sejumlah pendekatan yakni proses dan teknologi, pengembangan kompetensi serta pola pikir dan perilaku.

Baca Juga: Kementerian ESDM Akan Revisi PP, Buka Jalan Freeport Perpanjang Kontrak Lebih Cepat

Dalam kajiannya, dss+ memberikan sejumlah rekomendasi kepada para pelaku bisnis Indonesia di sektor pemurnian mineral untuk mempertimbangkan berbagai tantangan yang ada khususnya dalam menilai kelayakan dalam memasuki industri pemurnian di tingkat global, atau khususnya pada pasar domestik. 

Menurutnya, pelaksanaan riset pasar secara menyeluruh, penilaian kemampuan finansial, pemahaman potensi risiko, pengembangan kemitraan yang kuat, dan upaya mengambil peran utama dalam bidang kelayakan, konstruksi, dan operasional akan membantu investor dalam melakukan mitigasi terhadap sejumlah tantangan tersebut. 

"Peluang pengembangan smelter di Indonesia masih sangat bagus, masih banyak yang bisa kita peroleh. Kami sangat gembira dengan peluang Indonesia. Kami berharap Indonesia dapat menjadi pemimpin di bidang sustainability khususnya untuk nikel," tambah Alfonsius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .