Moms Wajib Tahu! Ini Gejala Asfiksia pada Bayi Baru Lahir yang Perlu Diwaspadai



MOMSMONEY.ID - Inilah beberapa gejala asfiksia pada bayi baru lahir yang perlu diwaspadai dan orang tua wajib tahu.

Asfiksia pada bayi baru lahir adalah penyakit yang juga dikenal dengan nama asfiksia perinatal atau asfiksia neonatorum.  

Mengutip dari Seattle Children’s, asfiksia diartikan sebagai kondisi ketika tubuh kekurangan oksigen serta aliran darah ke otak. 


Jadi, pengertian asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah kondisi ketika bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan berlangsung. 

Hal ini otomatis membuat bayi menjadi susah bernapas baik sebelum, selama, maupun setelah kelahiran. 

Baca Juga: Kenapa Bayi Sering Muntah? Ini Penyebabnya

Kondisi inilah yang nantinya mengakibatkan gangguan pada tubuh bayi baru lahir sehingga bisa mengakibatkan kerusakan pada otak. 

Secara umumnya, berikut berbagai gejala asfiksia perinatal sebelum bayi dilahirkan berdasarkan laman UCSF Benioff Children’s Hospital, antara lain: 

1. Denyut atau irama jantung yang tidak normal.

2. Peningkatan kadar asam di dalam aliran darah bayi.

3. Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.

4. Susah bernapas, hingga menyebabkan bayi bernapas dengan cepat atau terengah-engah, dan menggunakan perut.

5. Detak jantung agak melambat.

6. Otot melemah.

7. Bayi terlihat lemas.

8. Pertumbuhan terhambat.

9. Ada mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban, kulit, kuku, atau tali pusar

10. Kekuatan otot lemah atau tonus otot buruk.

11. Mudah marah dan rewel.

12. Rasa kantuk ekstrem.

13. Susah makan dan menyusu karena tidak mampu mengisap puting susu ibu.

14. Tubuh bayi kejang.

15. Kulit dan bibir bayi berwarna biru.

16. Susah bernapas.

Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir. 

Baca Juga: Terapkan 5 Cara untuk Menjaga Kesehatan Bayi Pada Musim Hujan

Itulah mengapa dokter dan tim medis harus selalu memantau kondisi ibu dan bayi sebelum, selama, bahkan setelah proses persalinan. 

Dilansir dari Pregnant Education, beragam penyebab asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1. Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.

2. Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun selama persalinan.

3. Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.

4. Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen.

5. Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu atau bayi.

6. Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.

7. Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi.

8. Plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan sehingga membuat bayi susah bernapas.

9. Prolaps tali pusat atau tali pusat yang keluar lebih dulu daripada bayi.

10. Terjadi sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup sebelum, selama, ataupun setelah persalinan.

11. Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), paru-paru bayi prematur mengalami komplikasi karena belum berkembang sehingga sulit bernapas.

Baca Juga: Kenali 5 Fakta Penting Tentang Penyakit HIV/AIDS yang Wajib Diketahui

Setelah lahir, penanganan asfiksia pada bayi akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya sampai ia bisa bernapas sendiri dengan baik.

Seperti dijelaskan pada situs UCSF Benioff Children’s Hospital, penanganan yang dapat diberikan oleh dokter anak seperti berikut ini: 

1. Penggunaan alat bantu pernapasan untuk mengalirkan udara ke paru-paru bayi. Sebagian bayi mungkin akan membutuhkan tambahan gas nitric oxide melalui tabung pernapasan.

2. Pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan meredakan kejang apabila terjadi.

Penting bagi orang tua untuk rutin menjalani pemeriksaan kehamilan dengan USG agar kondisi kesehatan bayi dapat terpantau dengan baik. 

Selain itu, untuk menghindari asfiksia pada bayi, patuhilah anjuran dokter, minum vitamin prenatal sesuai anjuran dokter, dan konsumsi makanan bernutrisi selama kehamilan.

Itulah beberapa gejala asfiksia pada bayi baru lahir yang perlu diwaspadai dan orang tua wajib tahu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Helvana Yulian