Moody's Analytics: Trump akan menang mudah pada Pemilu 2020 jika....



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump tampaknya akan terpilih kembali dengan mudah tahun depan jika dilihat di bawah tiga model ekonomi yang berbeda yang digunakan Moody Analytics untuk mengukur Pemilu 2020.

Kecuali jika ada sesuatu yang tidak biasa terjadi, Electoral College presiden dapat dengan mudah melampaui kemenangannya di tahun 2016 atas wakil Demokrat Hillary Clinton, yang hasilnya 304-227.

Melansir Reuters, Moody's membuat proyeksinya pada bagaimana perasaan konsumen tentang situasi keuangan mereka sendiri, keuntungan yang telah dicapai pasar saham selama masa jabatan Trump dan prospek pengangguran, yang telah jatuh ke level terendah 50 tahun. Jika variabel-variabel itu bertahan, presiden tampaknya akan kembali menjabat sebagai presiden selama  empat tahun lagi.


Baca Juga: Tunggu kepastian perang dagang AS dan China, pasangan USD/JPY diramal menguat

Model pengukuran ini sangat akurat saat memprediksi hasil pemilihan tahun 1980, dan hanya tak sesuai prediksi sekali saja.

"Jika ekonomi satu tahun dari sekarang sama dengan saat ini, atau kira-kira begitu, maka kekuatan incumben sangat kuat dan peluang terpilihnya kembali Trump sangat baik, terutama jika Demokrat tidak antusias dan tidak keluar untuk memilih,” kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics seperti yang dikutip CNBC. "Ini tentang jumlah pemilih."

Tiga model menunjukkan, Trump mendapatkan setidaknya 289 suara elektoral, dengan asumsi rata-rata jumlah pemilih. Peluangnya berkurang dengan jumlah pemilih maksimum di pihak Demokrat dan meningkatnya jumlah pemilih minimum yang diharapkan.

CNBC mencatat, dari tiga model, Trump sangat baik dalam hal "buku saku" tentang bagaimana perasaan masyarakat tentang keuangan mereka. Dalam skenario itu, ia mendapatkan 351 suara pemilihan umum melawan Demokrat sebanyak 187. "Jumlah pemilih sangat penting untuk kemenangan Demokrat," kata laporan itu.

Baca Juga: Queen minta Donald Trump turunkan video kampanyenya

Dalam model pasar saham, Trump mendapat keunggulan 289-249, sedangkan model pengangguran menunjukkan keunggulan 332-206. Di ketiga model, Trump menang 324-214.

“Model 'buku saku' kami adalah yang paling ekonomis dari ketiganya. Jika pemilih memilih terutama berdasarkan buku saku mereka, presiden akan mengendalikan kompetisi ini,” kata laporan itu. "Ini menunjukkan pentingnya sentimen ekonomi yang berlaku di tingkat rumah tangga agar dapat bertahan dalam pemilihan berikutnya."

Reuters menyebut, model pasar saham juga merupakan kunci, dan keduanya saling terkait. Zandi mengatakan, koreksi pasar sebesar 12% menjelang waktu pemilihan dapat mempengaruhi hasil pemilihan, seperti halnya penurunan ekonomi yang tidak terduga.

Model Moody's ini telah diuji ulang ke tahun 1980 dan hasilnya benar - kecuali pada tahun 2016, ketika Moody's memprediksi kemenangan tipis Clinton. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie