Moody's kerek rating, Gubernur BI: Ini level tertinggi yang dicapai Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Jumat (13/4), Moody's Investor Service mengerek sovereign credit rating (SCR) Indonesia dari Baa3/outlook positif menjadi Baa2/outlook stabil. 

Menanggapi hal ini, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, dengan adanya perbaikan rating ke level Baa2 oleh Moody’s, kini Indonesia telah diakui oleh empat lembaga rating internasional dan berada pada satu tingkat lebih tinggi dari level investment grade sebelumnya. 

"Rating tersebut adalah level tertinggi yang pernah dicapai oleh Indonesia dari Moody’s. Pencapaian ini merupakan suatu prestasi besar di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global yang mempengaruhi perkembangan ekonomi di kawasan," jelas Agus dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id. 


Dia menambahkan, prestasi ini dapat terwujud melalui konsistensi upaya Bank Indonesia bersama dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Terkait hal ini, lanjut Agus, Bank Indonesia akan terus mewaspadai peningkatan risiko global dan mengoptimalkan bauran kebijakan termasuk kebijakan makroprudensial dan pendalaman pasar keuangan dalam menjaga stabilitas perekonomian.

Sekadar tambahan informasi, dalam keterangan resminya, Moody’s menyatakan faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah kerangka kebijakan yang kredibel dan efektif yang dinilai kondusif bagi stabilitas makroekonomi. Peningkatan cadangan devisa dan penerapan kebijakan fiskal dan moneter yang berhati-hati tersebut memperkuat ketahanan dan kapasitas Indonesia dalam menghadapi gejolak eksternal.

Di sisi fiskal, Pemerintah dinilai mampu menjaga fiskal defisit di bawah batas 3% sejak diberlakukan pada 2003. Defisit yang dapat dipertahankan di level rendah dan didukung oleh pembiayaan yang bersifat jangka panjang dapat menjaga beban utang tetap rendah sehingga mengurangi kebutuhan dan risiko pembiayaan. 

Sedangkan dari sisi moneter, Bank Indonesia telah menunjukkan rekam jejak dalam memprioritaskan stabilitas makroekonomi. Penerapan kebijakan nilai tukar fleksibel dan koordinasi kebijakan yang lebih efektif antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah dinilai mampu menjaga inflasi di level yang cukup rendah dan stabil.

"Bank Indonesia juga semakin aktif menggunakan instrumen makroprudensial dalam menghadapi gejolak. Perbaikan posisi eksternal dan bertambahnya cadangan devisa memperkuat ketahanan terhadap potensi gejolak eksternal," jelas Moody's.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie