JAKARTA. Ketahanan perbankan Indonesia masih cukup kuat. Begitu penilaian Moody's Investors Service. Hanya saja, Moody's mengidentifikasi ada dua potensi yang akan menyebabkan tail risk dalam sistem perbankan Indonesia. Dua potensi tersebut adalah utang luar negeri dan ada bank yang lemah. Srikanth Vadlamani, Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody's menjelaskan, utang luar negeri Indonesia naik dua kali lipat pada Juni 2015 yang senilai US$ 170 miliar, dari akhir 2010 yang sebesar US$ 84 miliar. Belum lagi depresiasi rupiah sebesar 10% sejak awal tahun ini membuat risiko Indonesia semakin tinggi. "Tapi, sistem perbankan Indonesia sudah tepat dalam tail risk yang sedang berlangsung ini," papar Srikanth, dalam situs resminya, Selasa (27/10). Ia juga bilang, risiko itu lebih rendah dari yang tersirat. Sebab, sekitar 70% dari total utang itu dimiliki oleh semisal perusahaan milik negara dan utang dari sektor dengan lindung nilai (natural hedge).
Moody's: ketahanan perbankan Indonesia bagus
JAKARTA. Ketahanan perbankan Indonesia masih cukup kuat. Begitu penilaian Moody's Investors Service. Hanya saja, Moody's mengidentifikasi ada dua potensi yang akan menyebabkan tail risk dalam sistem perbankan Indonesia. Dua potensi tersebut adalah utang luar negeri dan ada bank yang lemah. Srikanth Vadlamani, Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody's menjelaskan, utang luar negeri Indonesia naik dua kali lipat pada Juni 2015 yang senilai US$ 170 miliar, dari akhir 2010 yang sebesar US$ 84 miliar. Belum lagi depresiasi rupiah sebesar 10% sejak awal tahun ini membuat risiko Indonesia semakin tinggi. "Tapi, sistem perbankan Indonesia sudah tepat dalam tail risk yang sedang berlangsung ini," papar Srikanth, dalam situs resminya, Selasa (27/10). Ia juga bilang, risiko itu lebih rendah dari yang tersirat. Sebab, sekitar 70% dari total utang itu dimiliki oleh semisal perusahaan milik negara dan utang dari sektor dengan lindung nilai (natural hedge).