Moody's: Pangkas peringkat 120 perusahaan migas



SINGAPURA. Lembaga pemeringkat Moody’s mengatakan telah menempatkan 120 perusahaan minyak dan gas di seluruh dunia dalam kajian untuk kemungkinan penurunan peringkat karena harga minyak mentah jatuh.

"Kajian ini mencerminkan bauran dari penurunan harga (minyak) mendekati tingkat terendah dalam beberapa tahun, melemahnya permintaan dan periode kelebihan pasokan berkepanjangan, yang akan terus secara signifikan menekankan profil kredit perusahaan di sektor minyak dan gas," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, Jumat (22/1).

Tindakan ini juga mencerminkan upaya Moody's untuk menyesuaikan peringkat dalam portofolio minyak dan gas, diselaraskan dengan pergeseran mendasar dalam kondisi-kondisi kredit. Sekitar setengah dari perusahaan-perusahaan yang dalam peninjauan itu berasal dari Amerika Serikat.


"Harga minyak telah memburuk secara substansial dalam beberapa minggu terakhir dan telah mencapai nominal harga terendah yang tidak terlihat dalam lebih dari satu dekade," kata Moody's.

Moody’s memprediksi kemungkinan harga akan pulih lebih lambat dalam jangka menengah daripada yang banyak perusahaan perkirakan. Serta kemungkinan resiko saat harga kemungkinan jatuh lebih dalam.

"Bahkan di bawah skenario dengan pemulihan moderat dari harga saat ini, perusahaan-perusahaan produsen dan pengebor serta perusahaan jasa yang mendukung mereka, akan mengalami kenaikan tekanan keuangan karena arus kas yang jauh lebih rendah," kata Moody’s.

Harga minyak mentah telah terpukul selama tiga minggu terakhir, jatuh sekitar 75 % dalam 18 bulan akibat kelebihan pasokan, permintaan lemah, kelebihan produksi dan perlambatan ekonomi global.

Menambah tekanan turun adalah kembalinya minyak mentah Iran ke pasar setelah pencabutan sanksi-sanksi Barat, mengimbangi setiap penurunan produksi dari negara lainnya.

Awal pekan ini, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot ke tingkat US$ 26,19 per barel dan Brent jatuh di bawah US$ 28 per barel di mana kedua kontrak di posisi terendah dalam lebih dari 12 tahun.

Editor: Yudho Winarto