TOKYO. Moody's Investors Service memangkas kredit utang luar negeri Jepang sebanyak satu level menjadi Aa3 dengan outlook stabil. Sebelumnya, pada Mei lalu, Moody's bilang akan mereview kemungkinan penurunan rating kredit, atas upaya keras pemerintah untuk memangkas bajet anggaran negaranya. Langkah Moody's ini mengikuti langkah Standard & Poor's yang memangkas peringkat utang luar negeri AS. Moody's beralasan, lemahnya prospek pertumbuhan ekonomi akan membuat pemerintah sulit untuk menanggung beban utang uang besar. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development, Utang publik Jepang diproyeksi akan mencapai 219% dari Produk Domestik Bruto pada tahun depan, mesipun tanpa memperhitungkan dana pinjaman untuk melakukan rekonstruksi pasca gempa dan tsunami 11 Maret lalu.Sementara itu, data Kementrian Keuangan Jepang menunjukkan, total utang Negeri Sakura itu mencapai 943,8 triliun yen. Besarnya utang itu terjadi setelah penggunaan anggaran fiskal selama dua dekade untuk memperkuat ekonominya yang terguncang akibat asset bubble pada 1990 dan masalah deflasi yang memangkas permintaan domestik. Selain itu, penguatan yen ke level tertinggi pasca Perang Dunia II tahun ini juga mengancam tingkat ekspor, yang merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jepang.
Moody's pangkas rating utang Jepang jadi Aa3
TOKYO. Moody's Investors Service memangkas kredit utang luar negeri Jepang sebanyak satu level menjadi Aa3 dengan outlook stabil. Sebelumnya, pada Mei lalu, Moody's bilang akan mereview kemungkinan penurunan rating kredit, atas upaya keras pemerintah untuk memangkas bajet anggaran negaranya. Langkah Moody's ini mengikuti langkah Standard & Poor's yang memangkas peringkat utang luar negeri AS. Moody's beralasan, lemahnya prospek pertumbuhan ekonomi akan membuat pemerintah sulit untuk menanggung beban utang uang besar. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development, Utang publik Jepang diproyeksi akan mencapai 219% dari Produk Domestik Bruto pada tahun depan, mesipun tanpa memperhitungkan dana pinjaman untuk melakukan rekonstruksi pasca gempa dan tsunami 11 Maret lalu.Sementara itu, data Kementrian Keuangan Jepang menunjukkan, total utang Negeri Sakura itu mencapai 943,8 triliun yen. Besarnya utang itu terjadi setelah penggunaan anggaran fiskal selama dua dekade untuk memperkuat ekonominya yang terguncang akibat asset bubble pada 1990 dan masalah deflasi yang memangkas permintaan domestik. Selain itu, penguatan yen ke level tertinggi pasca Perang Dunia II tahun ini juga mengancam tingkat ekspor, yang merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jepang.