Moody's: Penurunan minyak untungkan negara Asia



SINGAPURA. Moody's Investor Service mengatakan bahwa penurunan tajam harga minyak dunia sejak pertengahan 2014 akan memberikan keuntungan besar bagi penguasa Asia Pasifik. Hal ini mengingat status mereka sebagai negara pengimpor minyak.

"Selama harga minyak masih rendah, dampak langsung terhadap mayoritas negara Asia adalah neraca dagang yang positif serta meredanya tingkat inflasi," jelas Thomas Byrne, Moody's Senior Vice President/Manager, Asia Pacific and Middle East.

Dia menambahkan, rendahnya tingkat inflasi dan biaya impor, pada akhirnya akan menyokong pertumbuhan ekonomi karena naiknya daya beli konsumen, turunnya biaya investasi, dan meningkatnya fleksibilitas kebijakan moneter.


"Meski demikian, percepatan pertumbuhan ekonomi mereka mendapat tantangan dari penurunan pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian finansial internasional di 2015," tambah Atsi Sheth, Moody's Senior Vice President.

Moody's mencatat, bahwa bagi Malaysia (A3 positif), Indonesia (Baa3 stabil) dan India (Baa3 stabil), penurunan harga minyak memicu terjadinya reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Hal ini menyokong profil peringkat utang ketiga negara.

Namun, di Indonesia dan Malaysia, pendapatan pemerintah yang terkait dengan hidrokarbon akan mengikis dampak dari kenaikan neraca perdagangan.

Harga minyak terpangkas lebih dari separuh antara kurun waktu Juni 2014 dan Januari 2015. Kondisi itu merefleksikan tingginya tingkat produksi minyak di AS dan rendahnya permintaan minyak di emerging market.

Moody's sendiri sudah menurunkan asumsi harga minyak Brent menjadi US$ 55 per barel hingga 2015 dan US$ 65 per barel di 2016.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie