Moody’s sebut Pertamina masih bisa atasi peningkatan risiko dan belanja modal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investors Service menilai, meskipun belanja modal dan risiko eksekusi meningkat, namun PT Pertamina (Persero) masih berada dalam posisi yang baik untuk mengatasinya.

Rachel Chua, AVP -Analyst Moody’s Investors Service menyebut, kualitas kredit Pertamina bisa mendukung belanja modal yang lebih tinggi. Namun, rating kredit Pertamina (Baa2 stable) dapat memburuk selama tiga tahun berikutnya karena perlu mengambil hutang tambahan untuk membiayai belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 18 miliar.

Pendanaan akan datang dari penerbitan nota tanpa jaminan senior, dimana Pertamina telah memulai pemasaran pada minggu keempat bulan Oktober 2018. Meski begitu, Pertamina akan memiliki kapasitas untuk mengakomodasi peningkatan leverage dan kenaikan ketergantungan pada hutang dalam peringkat Baa2.


“Kami memproyeksikan saldo arus kas/hutang bersih untuk jatuh menjadi 22%-25% hingga 2021 dari 51,2% pada tahun 2017, yang tetap nyaman di atas ambang downgrade 20%,” kata Rachel melalui keterangan tertulisnya, Senin (22/10).

Sementara rencana capex yang ambisius bisa meningkatkan profil operasi yang merupakan bagian terbesar Pertamina dalam investasi minyak dan gas Indonesia senilai US$ 150 miliar (Baa2 stabil) hingga tahun 2025. Sementara rencana capex Pertamina akan diarahkan untuk meningkatkan produksi hulu serta memperluas kapasitas kilangnya.

“Karena Pertamina menjalankan rencana investasinya beberapa tahun ke depan, kami berharap itu akan semakin memimpin pangsa pasar hulu yang lebih besar, dan memperpanjang umur cadangannya sambil mempertahankan posisinya dalam pemurnian, pemasaran dan distribusi gas” tambah Rachel.

Selain itu, Pertamina terkena tingkat resiko tinggi, setelah mengambil alih operasi blok minyak dan gas, terutama selama masa transisi. Namun, rencana perusahaan untuk membawa mitra proyek berpengalaman dengan keahlian teknis yang relevan akan membantu meredakan resiko operasional dan keuangan.

“Dengan demikian pula kami percaya kemitraan kilang dengan Saudi Aramco dan PSJC Oil Company Rosneft (Baa3 stabil) akan meringankan eksekusi proyek,” imbuhnya.

Sebagai satu-satunya perusahaan migas yang dimiliki sepenuhnya ole pemerintah, Pertamina memiliki arti dan posisi yang sangat strategis secara nasional. Sehingga, Rachel percaya bahwa pemerintah akan terus merancang kebijakan yang dapat mengkompensasikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ditanggung Pertamina menjadi kebijakan hulu yang menguntungkan.

“Proyeksi EBIT sebesar US$ 3,2-US$ 3,6 miliar untuk 2018-2019 akan secara signifikan lebih rendah jika tidak untuk kontribusi pendapatan dari aset hulu baru dan PT Perusahaan Gas Negara (Baa2 stabil)” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .