SINGAPURA. Prospek surat utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) makin suram setelah Moody's Investors Service merevisi outlook-nya. Lembaga pemeringkat surat utang itu menurunkan outlook surat utang Bumi dari stabil menjadi negatif.Revisi outlook ini dilakukan setelah Bumi Plc membentuk tim investigasi independen untuk menyelidiki penyelewengan keuangan di tubuh BUMI pada 24 September lalu. Bumi Plc adalah pemegang 29,2% saham BUMI."Outlook negatif ini mencerminkan perhatian Moody's terhadap isu tata kelola (corporate governance) Bumi Resources yang bisa berdampak terhadap kemampuan membayar utang yang jatuh tempo sebesar US$ 300 juta pada 2013," kata Vice President dan Senior Analyst Moody's Simon Wong dalam siaran persnya yang diterima KONTAN, Selasa (25/9).Moody's mencemaskan tata kelola Bumi Resources. Isu tata kelola itu menyangkut penyelidikan terhadap pembayaran utang sebesar US$ 231 juta dibawah PT Recapital Asset Management dan kepemilikan surat utang berisiko jangka panjang senilai US$ 251 dari Bukit Mutiara.Pembayaran utang dari Recapital ini terjadi pada semester pertama 2011 dan selanjutnya pada 27 Agustus lalu. Namun, pembayaran itu tidak terwujud. Bukan hanya itu. Moody's juga mengkhawatirkan tumpukan utang Bumi. Perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia ini mempunyai utang sebesar US$ 3,950 miliar dimana sebesar US$ 300 juta akan jatuh tempo pada 12 bulan mendatang. Moody's meramalkan, tekanan terhadap Bumi Resources semakin tinggi bila fundamentalnya makin lemah atau tidak bisa mengurangi utang. Tekanan makin besar bila Bumi Resources tidak menepati rencana pembayaran utang yang jatuh tempo sesuai jadwal.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Moody's turunkan outlook BUMI menjadi negatif
SINGAPURA. Prospek surat utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) makin suram setelah Moody's Investors Service merevisi outlook-nya. Lembaga pemeringkat surat utang itu menurunkan outlook surat utang Bumi dari stabil menjadi negatif.Revisi outlook ini dilakukan setelah Bumi Plc membentuk tim investigasi independen untuk menyelidiki penyelewengan keuangan di tubuh BUMI pada 24 September lalu. Bumi Plc adalah pemegang 29,2% saham BUMI."Outlook negatif ini mencerminkan perhatian Moody's terhadap isu tata kelola (corporate governance) Bumi Resources yang bisa berdampak terhadap kemampuan membayar utang yang jatuh tempo sebesar US$ 300 juta pada 2013," kata Vice President dan Senior Analyst Moody's Simon Wong dalam siaran persnya yang diterima KONTAN, Selasa (25/9).Moody's mencemaskan tata kelola Bumi Resources. Isu tata kelola itu menyangkut penyelidikan terhadap pembayaran utang sebesar US$ 231 juta dibawah PT Recapital Asset Management dan kepemilikan surat utang berisiko jangka panjang senilai US$ 251 dari Bukit Mutiara.Pembayaran utang dari Recapital ini terjadi pada semester pertama 2011 dan selanjutnya pada 27 Agustus lalu. Namun, pembayaran itu tidak terwujud. Bukan hanya itu. Moody's juga mengkhawatirkan tumpukan utang Bumi. Perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia ini mempunyai utang sebesar US$ 3,950 miliar dimana sebesar US$ 300 juta akan jatuh tempo pada 12 bulan mendatang. Moody's meramalkan, tekanan terhadap Bumi Resources semakin tinggi bila fundamentalnya makin lemah atau tidak bisa mengurangi utang. Tekanan makin besar bila Bumi Resources tidak menepati rencana pembayaran utang yang jatuh tempo sesuai jadwal.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News