Moratorium sulit kerek harga timah



JAKARTA. Harga timah masih sulit bangkit. Rencana moratorium ekspor asal Indonesia dinilai tak serta merta bisa mendongkrak harga logam industri ini. 

Mengutip Bloomberg, Senin (2/3), harga timah pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,84% menjadi US$ 17.800 per metrik ton. Ini harga terendah sejak 11 Februari tahun ini.

Koreksi harga juga terjadi di  dalam negeri. Selasa (3/3), harga timah jenis TINPB 300 di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) diperdagangkan US$ 18.205 per metrik ton, turun 0,95% dibandingkan hari sebelumnya.


Analis PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan, harga timah semakin tertekan lantaran otot dollar Amerika Serikat (AS) kian kokoh. Mata uang Negeri Paman Sam itu menguat setelah Bank Sentral China (PBoC) memangkas suku bunga. Ini menyiratkan perekonomian China masih lemah. Akibatnya, investor antisipasi dengan memegang dollar AS.

Efek penguatan dollar menjadikan harga komoditas lebih mahal, sehingga menurunkan minat beli investor. "Indeks dollar masih berpotensi menguat, sebab data PDB AS cukup solid," kata Ibrahim.

Merosotnya harga timah  memicu Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, daerah penghasil timah terbesar di dunia berniat melakukan moratorium ekspor timah, hingga harga timah membaik. 

Sebelumnya, produsen timah terbesar di Indonesia, PT Timah, Tbk sudah menghentikan penjualan di pasar spot. Perusahaan akan menyetop penjualan baru sampai harga timah kembali ke level ideal, US$ 20.000 per metrik ton. 

Stella Novita Lukman, Head of Product Development PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia menilai, moratorium ekspor timah pasti akan berdampak pada penurunan pasokan. Namun, hal ini bergantung pada seberapa kuat produsen timah menahan diri tidak mengekspor. 

Prediksi Ibrahim, pengurangan suplai dari Indonesia tidak serta merta bisa mengerek harga. Suplai global tetap tercukupi lantaran Myanmar justru menggenjot ekspor. Selain itu, cadangan timah di LME masih menumpuk.

Tren penurunan tampak di indikator teknikal. Bollinger band dan MA berada 20% di atas bollinger bawah. Indikator MACD  60% di area negatif. Ibrahim menduga, sepekan, timah bergerak di US$ 17.500-US$ 17.900 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto